Lomba Menulis Puisi Esai Berhadiah, Menyambut Festival Puisi Esai ASEAN ke-4 di Malaysia
- Penulis : Arseto
- Rabu, 30 April 2025 09:23 WIB

Oleh Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - Sore itu, langit tampak biasa. Tak ada firasat apa pun. Seorang perempuan duduk tenang di rumahnya. Ia menikah seperti pasangan lain: dengan harapan, cinta, dan doa panjang untuk anak-anak.
Namun dalam hitungan menit, hidupnya jungkir balik. Polisi datang dan menggerebek rumah mereka. Sang suami ternyata teroris. Ia sendiri dituduh sebagai bagian dari jaringan.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berhadapan dengan Makam Nabi Muhammad SAW
Perempuan itu terguncang. Ia menangis, tapi tak bisa menjelaskan apa pun. Dunia tiba-tiba menjadi asing baginya. Semua mata mencurigainya, seolah ia turut bersalah karena mencintai seseorang yang menyimpan rahasia gelap.
Kisah ini nyata. Diolah menjadi puisi esai oleh Mila Muzakkar dalam buku Karena Perempuan, Aku di-Cancel. Sebuah kesaksian personal yang berubah menjadi karya sastra yang menggugah nurani.
Buku Mila adalah satu dari sekian karya yang dibawa delegasi Indonesia untuk Festival Puisi Esai ASEAN ke-4 di Sabah, Malaysia. Festival ini bukan hanya ajang sastra—tapi panggung kemanusiaan.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gunung Batu Berseni Itu, Al Ula Saksi Sejarah
Tak banyak yang menyangka: sejak pertama hingga keempat, festival ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintahan Sabah.
Dukungan negara terhadap seni seperti ini amat langka. Di era ketika algoritma mendikte segalanya, mereka percaya: puisi tetap mampu menyentuh yang tak bisa dijangkau teknologi—jiwa manusia.
-000-
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Emha Ainun Nadjib, Penjaga Mata Air Spiritual Nusantara
Sudah empat kali Festival Puisi Esai ASEAN berlangsung. Di tiap perhelatan, satu benang merah menonjol: puisi esai menjadi suara dari yang tak terdengar. Ia adalah jurnalisme spiritual—pengakuan, kesaksian, dan perlawanan yang estetis.