DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Lomba Menulis Puisi Esai Berhadiah, Menyambut Festival Puisi Esai ASEAN ke-4 di Malaysia

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Mereka tak lagi menulis demi likes, tapi demi menyembuhkan, menyuarakan, menyentuh. Anak-anak muda menuliskan trauma sejarah daerah, keresahan zamannya—lalu meramunya menjadi puisi yang hidup.

Festival ini bukan hanya agenda tahunan. Ia adalah napas kolektif Asia Tenggara: mencoba memahami luka bersama, berharap bersama, menyuarakan kemanusiaan bersama. Di dunia yang terus berubah, festival ini adalah jangkar. Kata-kata, jika ditulis dari hati, bisa mengubah dunia.

-000-

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berhadapan dengan Makam Nabi Muhammad SAW

Lomba Menulis Puisi Esai: Ajakan Menulis untuk Kemanusiaan

Di dunia yang bergerak cepat, kita kadang lupa berhenti untuk merasa. Tapi lewat puisi esai, kita kembali mendengar suara-suara yang lama terpinggirkan.

Suara perempuan yang dilukai. Anak-anak yang kehilangan rumah. Mereka yang tak pernah masuk berita, tapi luka mereka nyata.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gunung Batu Berseni Itu, Al Ula Saksi Sejarah

Festival ke-4 ini membuka sayap lebih lebar. Mengajak siapa saja menulis, menyuarakan, menjadi bagian dari gerakan kemanusiaan melalui lomba puisi esai.

Lomba ini terbuka untuk semua. Panjang karya maksimal 500 kata. Hadiah total sekitar 38 juta rupiah untuk 10 pemenang utama. Namun yang paling berharga: 90 karya lainnya akan diterbitkan dalam buku PDF antologi puisi esai.

Bayangkan, naskah sederhana dari ruang pribadi bisa menjadi bagian dari gerakan sastra Asia Tenggara.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Emha Ainun Nadjib, Penjaga Mata Air Spiritual Nusantara

Tak perlu jadi penyair besar. Yang dibutuhkan hanya keberanian menulis kisah nyata, lalu membingkainya dalam napas puisi. Seperti yang ditampilkan dalam Kesaksian Zaman, kumpulan 65 puisi esai:

Halaman:

Berita Terkait