DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Emha Ainun Nadjib, Penjaga Mata Air Spiritual Nusantara

image

ORBITINDONESIA.COM - Saya menulis esai ini, di hadapan lukisan alam jutaan tahun,
gunung-gunung batu yang terukir oleh angin dan waktu.

Saya sedang duduk di Al Ula, tanah sunyi yang menyimpan gema para nabi.
Lima jam dari kota Madinah, namun terasa sejarak seabad dari dunia yang hiruk.

Seorang rekan mengingatkan, buku tentang Emha akan segera terbit.
Ia bertanya apakah saya sudah menulis esai seperti yang dijanjikan dua bulan lalu.
Saya jawab, “Ya, saya menulisnya sekarang juga.”

Itu karena suasana batin saya tersentuh.
Di hadapan bebatuan abadi ini,
saya teringat pada dua puisi Emha yang saya baca sejak lama:

“Surat kepada Kanjeng Nabi” dan “Tuhan Pun Berpuasa”.

Kanjeng Nabi,
Kami ini umatmu yang compang-camping akhlaknya.
Kami salat, tapi korupsi.
Kami puasa, tapi menindas fakir miskin.
Kami naik haji, tapi mencuri uang negara untuk ongkosnya.

Kami hafal ayat-ayat suci, tapi kami benci pada mereka yang berbeda.

(Surat kepada Kanjeng Nabi, ditulis tahun 1992)

Tuhan pun berpuasa.
Ia menahan diri dari murka-Nya.
Ia membiarkan hamba-hamba-Nya bergulat sendiri,
sampai mereka belajar,
bahwa lapar bukan hanya soal perut.

Tuhan pun berpuasa,
dari campur tangan yang terburu-buru.
Ia ingin melihat,
apakah manusia tetap menyembah-Nya
tanpa iming-iming surga dan takut neraka.

Halaman:

Berita Terkait