DECEMBER 9, 2022
Buku

Pengantar Denny JA Untuk Buku 65 Puisi Esai: Kesaksian Zaman (2025)

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Denny JA memberi pengantar tentang buku kumpulan puisi esai mini karya 65 penulis. Buku terebut diberi judul Kesaksian Zaman.

“Sejarah bukan hanya milik mereka yang duduk di singgasana,
tetapi juga milik tubuh-tubuh yang dilempar ke sungai,
nama-nama yang hanya dikenang oleh angin,
dan luka-luka yang menjelma puisi dalam sunyi.”

Di sebuah lorong sempit di Ambon, seorang lelaki tua duduk termenung di beranda rumahnya yang separuh hancur. 

Baca Juga: Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra: Pengantar Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Yang Menggigil Dalam Arus Sejarah

Namanya Abdullah Latua, seorang nelayan yang kehilangan rumahnya dalam kerusuhan sektarian 1999. 

Ia bercerita tentang hari ketika langit berubah merah, ketika suara doa bercampur dengan teriakan ketakutan, ketika saudara berubah menjadi musuh dalam hitungan detik.

Abdullah tak pernah mencatat apa yang terjadi. Sejarahnya tercecer di antara abu dan darah. Ia tidak menulis buku, tidak membuat film dokumenter, tidak memiliki rekaman suara. Yang ia miliki hanya kenangan yang pelan-pelan terkikis oleh usia.

Baca Juga: Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai "Yang Luput dari Jantung Sejarah" Karya Irsyad Mohammad

Tapi suatu hari, seorang penulis muda datang ke rumahnya. Ia mendengarkan kisah Abdullah, lalu menuliskannya dalam bentuk puisi esai. Sebuah kisah yang sebelumnya hanya tersimpan dalam ingatan seorang lelaki tua kini menjadi abadi dalam kata-kata.

Momen inilah yang pertama kali saya ingat lagi ketika membaca ulang sekitar 65 puisi esai dari 60 penulis lebih, dengan judul buku “Kesaksian Zaman.” Buku ini disunting oleh Dhenok Kristianti yang juga seorang penyair penulis puisi esai.

-000-

Baca Juga: Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”

Sejarah tidak selalu dicatat oleh para pemenang. Kadang-kadang, sejarah terselip dalam bisikan mereka yang kalah, orang-orang seperti Abdullah. Kisahnya tak pernah masuk dalam buku teks sekolah. Tragedinya hanya menjadi angka dalam statistik.

Halaman:

Berita Terkait