DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Datanglah sebuah wajah yang mengubah segalanya. Dari lembaran dokumen kriminal, sebuah wajah mencuat.

Namanya William R. Horton—kemudian lebih dikenal sebagai Willie Horton. Seorang pria kulit hitam, dihukum penjara seumur hidup karena pembunuhan dan perampokan bersenjata. 

Tapi ia dilepaskan sementara dari penjara melalui program furlough. Yaitu cuti akhir pekan bagi narapidana, yang merupakan kebijakan reformis dari negara bagian Massachusetts. Program itu berjalan saat Dukakis menjabat sebagai gubernur.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi

Namun Horton tidak kembali.

Ia melarikan diri, lalu melakukan tindakan yang mengguncang moral publik: memperkosa seorang wanita kulit putih dan menyiksa tunangannya di negara bagian Maryland. 

Kejahatan ini bukan hanya tragedi, tapi, dalam narasi kampanye Bush, diubah menjadi simbol dari satu pesan: “Inilah akibat jika pemimpin terlalu lunak terhadap kejahatan.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Papua yang Luka dan Melahirkan Puisi

Peristiwa ini awalnya hanya catatan hukum. Tapi kemudian datanglah sebuah organisasi bernama National Security Political Action Committee (NSPAC). 

Pada 21 September 1988, mereka merilis iklan televisi berjudul “Cuti Akhir Pekan” (Weekend Passes). Iklan itu tidak menyebutkan Bush maupun Dukakis secara langsung. Namun efeknya merambat seperti petir dalam diam.

Isi iklan itu sangat sederhana, namun mengguncang jiwa:

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?

“Michael Dukakis bukan hanya menolak hukuman mati. Ia juga mengizinkan para pembunuh mendapat cuti akhir pekan dari penjara. Salah satunya adalah Willie Horton.”

Halaman:

Berita Terkait