DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Puisi Menjadi Saksi Zaman

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Peluncuran Buku 4 Buku Dokumentasi Angkatan Puisi Esai, 2012-2024

ORBITINDONESIA.COM - “Menulis puisi esai bukan hanya soal estetika. Ia panggilan nurani untuk menyuarakan ketidakadilan, keterasingan, dan marginalisasi”.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ikhtiar Ikut Merayakan Secara Sosial Hari Raya Agama Lain

Bayangkan seseorang membuka lembar puisi, dan yang ia temukan bukan sekadar metafora, tapi juga catatan kaki.

Bukan hanya irama, tapi juga data sejarah. Bukan hanya suara penyair, tapi gema dari mereka yang selama ini dibungkam.

Di situlah puisi esai lahir—bukan hanya sebagai genre sastra baru, melainkan sebagai gerakan kultural yang perlahan menjelma menjadi suara kolektif sebuah zaman.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ijazah Jokowi Asli dan Lima Kesalahan Metodologis Tuduhan Palsu

Empat kitab serial Angkatan Puisi Esai yang disusun antara 2012 hingga 2024, bukan sekadar antologi.

Ia adalah kesaksian kolektif, catatan luka dan harapan, yang ditulis dengan cara baru—dan untuk mengingat dengan cara baru pula.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin

Kitab 1: Kelahiran dan Masa-Masa Awal (2012–2014)

Halaman:

Berita Terkait