Azizir Rohma Febriyani, Menjadi Pengajar Mahasiswa Asing di Usia 20
- Penulis : Mila Muzakkar
- Selasa, 17 Juni 2025 14:42 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Lahir dan besar di Jember, Jawa Timur, membuat Azizir Rohma Febriyani (Azizir) merasa hidupnya kurang menantang. Ia lalu bercita-cita merantau untuk menempuh pendidikan.
Azizi memilih kota Kembang. Ia melanjutkan studi Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Gayung bersambut. Menjadi mahasiswa di Bandung membuka peluang-peluang baru bagi perempuan kelahiran tahun 2004 ini, salah satunya ia berkesempatan menjadi pengajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing).
Baca Juga: Lamine Yamal, Anak Imigran yang Cetak Sejarah Bikin Gol Termuda di Piala Eropa
“Tak pernah terbayangkan, di usia 20 tahun, saya akan berdiri sebagai pengajar di depan kelas mahasiswa asing. Saat itu, saya masih semester empat di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Bandung. Saya merasa masih sangat muda, bahkan belum selesai memahami seluruh teori bahasa yang saya pelajari di kampus.” Kenang Azizir.
Sejak menjadi pengajar BIPA, perempuan yang punya passion di bidang bahasa ini mulai menyusun materi, membaca ulang teori morfologi, sintaksis, dan pendekatan pembelajaran bahasa kedua.
Azizir juga mencari referensi pengajaran interaktif agar kelas tidak membosankan. Ia merancang pembelajaran berbasis konteks budaya, seperti memperkenalkan kuliner, idiom, hingga cara orang Indonesia menyapa.
Baca Juga: Lebih dari 100 Mahasiswa Asing Ikuti International Student Summit 2024 di Solo
“Saya tertarik BIPA karena menurut saya, mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing bukan hanya soal bahasa, tapi juga soal budaya, komunikasi lintas negara, dan rasa bangga sebagai anak bangsa.” Lanjut Azizir.
Bagi Duta Inpirasi tahun 2023 ini, mengajar orang asing bukan hanya tentang mentransfer ilmu, tapi juga tentang memahami perbedaan budaya, membangun empati, dan menciptakan ruang belajar yang inklusif.
Menjadi pengajar mahasiswa asing bukan tanpa tantangan. Selain karena usianya yang masih sangat muda sehingga terkadang “diremehkan”, sesekali Azizir juga masih merasa kurang percaya diri.
Baca Juga: Mahasiswa Politeknik Pariwisata Makassar Promosikan Wisata Kebun Dennasa Kabupaten Gowa
Tapi melihat semangat belajar muridnya, Azizir tak menjadikan tantangan itu sebagai penghalang. Azizir merasa bangga ketika muridnya bisa menyusun kalimat dengan struktur yang benar, termasuk ketika mereka bertanya tentang budaya Indonesia.