DECEMBER 9, 2022
People & Lifestyle

Dokter Tirta Taklukkan 21 Km di Yogyakarta, Long Run Penuh Cerita dengan NB Rebel V

image
Dokter Tirta long run di Yogyakarta dengan NB Revel V pada Minggu, 15 Juni 2025

ORBITINDONESIA.COM - Minggu pagi, 15 Juni 2025, suasana Yogyakarta terasa berbeda. Udara sejuk khas pagi hari membelai pelari-pelari yang menapaki aspal, sementara langit memancarkan semburat cahaya keemasan. Di antara para pelari, satu sosok mencuri perhatian, yakni Tirta Mandira Hudhi atau yang biasa dikenal sebagai Dokter Tirta, influencer sekaligus dokter yang dikenal vokal dalam berbagai isu sosial. Pagi itu, ia menyatu dengan denyut nadi kota Yogyakarta, menyalurkan hobinya berlari, sekaligus menguji sepatu barunya, New Balance (NB) tipe Rebel V.

Bukan sekadar lari, pagi itu bagi Dokter Tirta adalah tentang menikmati perjalanan. Dengan rute yang membelah jalan-jalan ikonik, ia berlari sejauh 21,15 kilometer. Langkahnya melewati Monumen Tugu Jogja, saksi bisu perjuangan dan cita-cita kota ini. Sambil menjaga average pace 6:43/km dengan moving time 2 jam 21 menit, ia menorehkan kisah tersendiri dalam rutinitas long run-nya.

Dalam unggahan di Instagram pribadinya, Dokter Tirta berbagi pengalamannya soal sepatu barunya. Bouncy dan flexible, enak buat long run. Begitu pengalamannya yang dia bagikan di Instagram, merujuk pada New Balance Rebel V. Ia tak lupa mengulas detail teknis sepatu tersebut: heel 35 mm, forefoot 29 mm, dengan heel drop 6 mm — informasi yang tentu penting bagi para pecinta lari yang ingin tahu performa sepatu pilihan seorang pelari berpengalaman.

Baca Juga: Dokter Tirta Bela Masinis yang Terlibat Kecelakaan Kereta Api Brantas vs Truk Mogok, Begini Katanya!

Lari, bagi banyak orang, adalah aktivitas fisik. Namun bagi Tirta, ini adalah bagian dari cara mencintai diri dan menjaga kesehatan, sekaligus menikmati kebebasan dalam setiap langkah. Di tengah padatnya kesibukan, termasuk aktivitas sosial dan profesionalnya, lari menjadi oase. 

Sejarah mencatat, lari bukan sekadar olahraga. Sejak era Yunani kuno dengan Maraton legendarisnya, hingga kini menjadi simbol ketahanan, kebebasan, dan tekad manusia untuk melampaui batas diri. Di Jogja sendiri, komunitas lari tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir, seiring kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Monumen Tugu, yang dilewati Dokter Tirta, sering menjadi titik ikonik para pelari mengawali atau mengakhiri perjalanan mereka. Lari di kawasan ini selalu menyimpan rasa magis: menyatukan sejarah, budaya, dan semangat modernitas.

Aksi long run yang dilakukan Dokter Tirta ini bukan hanya soal uji sepatu baru. Ia menegaskan pesan sederhana namun kuat: nikmati setiap langkah, temukan makna di setiap perjalanan. Sepatu merah-hitam yang menapak aspal Jogja itu menjadi saksi kesetiaan seorang pelari pada hobinya, pada dirinya sendiri, dan pada kota yang selalu memberi ruang untuk terus berlari. ***

Berita Terkait