DECEMBER 9, 2022
Buku

Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dengan pendekatan intertekstual, semiotik, dan linguistik, Imam Qalyubi membuka jendela baru pada puisi ini. 

Ia menunjukkan bahwa “Derita Saijah dan Adinda” bukan hanya puisi. Ia adalah sejarah yang menangis, cinta yang gagal tumbuh, dan kemerdekaan yang disiram oleh darah para martir.

Dalam sunyi pembacaannya, Imam membisikkan satu hal: setiap puisi besar menyimpan luka kolektif bangsanya. Dan tugas kritik sastra adalah menyentuh luka itu, perlahan, dengan pemahaman dan cinta.

Baca Juga: Ziarah untuk Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa: Pengantar Buku Puisi Esai Jonminofri dari Denny JA

-000-

Puisi tak pernah hadir hanya sebagai kata. Ia datang sebagai bisikan dari ruang terdalam, dari luka yang tak sempat dikatakan, dari cinta yang tak sempat diungkapkan. 

Namun tak semua pembaca mampu menangkap napas sunyi di balik larik. Maka, di sinilah kritik sastra hadir, bukan sebagai hakim, tapi sebagai penyambung makna. 

Baca Juga: Yang Bukan Kritikus Seni Rupa Boleh Ambil Bagian: Sebuah Pengantar Buku Pameran Lukisan Bantuan AI dari Denny JA

Ia menyalakan pelita ketika puisi terlalu remang. Ia mengantar pembaca menyeberangi jembatan antara teks dan kehidupan.

Ada setidaknya tiga alasan mendasar mengapa kritik sastra, khususnya yang mendekati puisi dengan cermat dan cinta, membantu kita memahami puisi secara lebih mendalam.  Bahkan kita menjadikan puisi jendela ke realitas yang lebih luas.

Pertama: Kritik sastra membongkar simbol yang tersembunyi

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Puisi bekerja seperti mimpi: ia berbicara dengan simbol, bukan pernyataan. Kata “bunga” bisa berarti cinta, kematian, atau keheningan tergantung siapa yang menulis dan kapan ia ditulis. 

Halaman:

Berita Terkait