Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 26 Maret 2025 13:52 WIB

Puisi esai ini penuh dengan varian ekspresi yang menyampaikan konten tentang perjuangan melawan penjajahan dan kelahiran kesadaran nasional.
Terdapat beberapa tanda atau ekspresi seperti pasien, rakyat jelata, korban penjajahan yang merujuk satu ekspresi yang sama: “lelaki tua” pada bait satu larik kesatu.
Lelaki tua ini selanjutnya dideskripsikan lagi dengan tegas dalam klausa dengan gaya simile “lapuk seperti kayu rapuh”.
Dalam tradisi semiotika Barthes, klausa tersebut berrelasi dengan konten kondisi fisik dan mental bangsa yang telah terjajah.
Sementara “keringatnya” dan “hari-harinya yang terampas” pada pemaknaan lapis kedua memiliki relasi dengan konten penindasan yang dialami oleh rakyat.
Pada bait kedua larik pertama, ekspresi “tangan kasar penuh luka” berrelasi dengan kerja keras pribumi, namun kesia-siaanlah yang didapat, karena semua hasil itu dinikmati penjajah. Sebuah suara-suara kepedihan rakyat di bawah penjajahan.
Kemudian Dr. Soetomo dihadirkan dalam puisi ini sebagai helper. Ia akan mrngobati lelaki tua sebagai pasien komplikasi sakit fisik, tapi dengan luka akibat eksploitasi.
Ini sakit secara psikologis karena hak-haknya dirampas kolonial.
Pada bait ketiga larik kedua, ekspresi lelaki tua “adakah obat untuk tanahku” dan “sembuhkan aku dari penindasan”.
Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA
Konten lapis kedua dari kalimat itu secara konotatif mengindikasikan bahwa lelaki tua bukanlah orang biasa. Ia memiliki landasan berpikir filosofis terkait dengan kolonialisme.