DECEMBER 9, 2022
Buku

Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

“Aku sakit, Dokter,
sakitku bukan karena virus,
tapi karena ketidak-adilan penjajah,
karena derita yang kupikul.

Kau tak bisa sembuhkan aku hanya dengan obat biasa.
Sembuhkan aku dari penindasan.
Dari ketidakadilan.”

Pasien itu menangis,
pelan dan dalam.
Air matanya menjadi percik api,
membakar daun kering di hati sang dokter muda.

Baca Juga: Ziarah untuk Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa: Pengantar Buku Puisi Esai Jonminofri dari Denny JA

Itulah awal api yang menyala. Dokter Soetomo diam dan merenung.

“Tak ada kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan pikiran- pikiran yang berpadu.

Ia api yang tumbuh menjadi kobaran besar,
membakar
belenggu penjajahan demi kebebasan bangsanya.”

Baca Juga: Yang Bukan Kritikus Seni Rupa Boleh Ambil Bagian: Sebuah Pengantar Buku Pameran Lukisan Bantuan AI dari Denny JA

Imam Qalyubi menganalisisnya. Saya kutip sebagian analisis itu:

“Membaca dan pelan saya amati puisi esai karya Denny JA dengan judul “Mereka yang Mulai Teriak Merdeka (1) dan Lahirlah Budi Utomo” ini, ada begitu banyak remahan makna. 

Dengan cepat kemudian pikiran saya tertuju pada teknis pemaknaan semiotika poststrukturalisme Roland Barthes yang saya baca 20 tahun lalu.

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Kelebihan pembacaan Barthes ini tidak bersifat tunggal seperti penggagas strukturalisme Ferdinand de Saussure dengan oposisi binernya. Metode ini digunakan untuk melihat aras terdalam dalam sebuah puisi.

Halaman:

Berita Terkait