DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: In Memoriam Firdaus Ali, Semoga Nyanyimu Lebih Merdu di Samping-Nya

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Bernyanyi bukan hanya hiburan. Ia adalah terapi. Ia adalah perlawanan terhadap kesunyian, kesakitan, bahkan kematian.

Sebuah studi dari University of California pada 2013 menyebutkan. Mereka yang rutin bernyanyi memiliki umur lebih panjang, tingkat kebahagiaan lebih tinggi, dan kemungkinan lebih kecil terkena depresi.

Hasil riset ini yang terkenang, sepulang saya dari San Diego Hills. Saya baru saja pulang dari pemakaman Daus (Firdaus Ali), kakak saya paling sulung.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence

Dari Karawang ke Jakarta, sambil duduk di mobil, aneka fragmen tentang Daus datang berganti-gantian.

Yang unik, dan sangat menonjol, Daus ini begitu senang menyanyi. Dokternya pernah berseloroh, karena ia suka menyanyi, usianya lebih panjang.

Sejak dua tahun lalu, setiap bulan Daus bolak-balik menginap di rumah sakit. Usianya 72 tahun. Menurut dokter, kapasitas jantung, paru-paru, ginjal, dan hatinya sudah di bawah 30 persen.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama

Ia juga terkena diabetes dan stroke berkali-kali. Dua kali ia pernah tak sadarkan diri. Beberapa kali ia menggunakan ventilator karena sesak napasnya.

Namun berkali-kali pula, istrinya mengirimkan kabar dan video. Ia sedang menyanyi di atas kursi roda, di ruang tamu rumahnya, atau di kafe.

Terlihat wajahnya pucat. Tapi ia penuh penghayatan menyanyikan lagu.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence

Daus pernah berkata. Selama ia masih bernyanyi, penyakit masih tak bisa menaklukannya, sepenuhnya.

Halaman:

Berita Terkait