Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 26 Maret 2025 13:52 WIB

-000-
Sumber tulisan Qalyubi ini cukup unik. Saya menuli puisi esai tentang para tokoh yang mulai teriak merdeka. Ada Dokter Sutomo, Haji Samanhudi, HOS Tjokoroaminoto, Dewes Dekker, Samaun, Ki Hajar Dewantoro, Tan Malaka, Kartini hingga Bung Karno dan Bung Hatta.
Satu persatu, setiap hari puisi esai ini saya publikasi di medsos saya, WAG, juga ke jaringan pribadi WA. Ini termasuk publikasi ke WA pribadi Imam Qalyubi.
Dengan intens, setiap puisi esai saya itu, hari ini juga, atau besok dan lusanya, direspon dengan analisis seorang kritikus. Qalyubi mengupas simbol, tanda, intertektualitas yang hadir di puisi saya. Ia menyampaikan apa makna lebih dalam yang disampaikan lewat tanda- tanda kata itu.
Lima belas analisis ia tuliskan untuk lima belas puisi. Disepakati 15 analisis itu dibukukan agar menjadi referensi percakapan mengenai kritik sastra.
-000-
Ini contoh simbolisme yang diurai Imam Qalyubi terhadap puisi esai berjudul “Dan Lahirlah Budi Utomo.” Di bawah ini, kutipan sebagian puisi esai itu:
Lelaki tua itu datang sebagai pasien.
Tubuhnya lapuk seperti kayu rapuh.
Lihatlah keringatnya,
ekspresi hari-harinya yang terampas.
Tangan kasar penuh luka,
dari tanah yang ia bajak, bukan untuknya, tapi untuk penjajah.
Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA
Di meja Soetomo, ia berbisik: “Dokter, adaka obat untuj tanahku?
Tubuhku mungkin sembuh,
tapi negeriku berdarah.