Catatan Denny JA: Sejarah Surat Cinta bagi yang Telah Tiada
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 23 Maret 2025 12:55 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Banyak yang tak benar-benar siap ditinggal oleh yang dicintainya. Sejarah penuh dengan jejak surat cinta kepada yang sudah tiada.
Ketika seseorang yang kita kasihi wafat, bumi seolah lebih sunyi, udara lebih dingin, dan hari-hari kehilangan maknanya.
Kita tetap bangun pagi, makan, dan bicara. Tapi di dalam jiwa, ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan. Kehilangan itu nyata—lebih nyata dari luka yang tampak.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama yang Berdampingan dengan Positive Psychology dan Neuroscience
Namun sejak ribuan tahun silam, manusia menemukan caranya sendiri untuk melawan kefanaan.
Di tengah kehancuran, mereka membangun jembatan yang tak terlihat, jembatan antara dunia ini dan dunia sana.
Dari jembatan itulah lahir yang kita sebut: surat cinta bagi yang telah tiada.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence
-000-
Lebih dari empat ribu tahun lalu, bangsa Mesir kuno membangun piramida. Bukan hanya sekadar makam para raja, piramida adalah monumen cinta.
Piramida penanda bahwa mereka yang telah pergi tak dilupakan. Di dalamnya ada ukiran doa, mantra, dan simbol keabadian.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
Dalam keheningan gurun, batu-batu itu berbicara: “Kau pergi, tapi namamu abadi.”