DECEMBER 9, 2022
Kolom

Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra: Pengantar Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Yang Menggigil Dalam Arus Sejarah

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Aku melihat truk berlalu,
penuh bayi-bayi menangis.
Aku tak sempat bertanya ke mana mereka pergi,
karena udara mulai berbau bara.”*

Sejarah menjadi dekat, menyelinap ke dalam batin kita. Sastra juga menyelamatkan kisah-kisah yang nyaris lenyap.

Kita tahu tentang Perang Vietnam, tetapi seberapa sering kita mendengar suara mereka yang melarikan diri? (2)

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence

Dalam kisah manusia kapal pengungsi yang lari dari Vietnam Melawan Ombak atau Mati, seorang ayah menggendong anaknya di atas perahu yang hampir tenggelam.

Ia menghadapi pilihan yang tak mungkin:

*“Pejamkan mata, Mai… jangan lihat laut yang menelan.
Bayangkan kita di tanah lain, di bawah langit yang ramah.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama

“Di sana, bunga liar tak berhenti bergoyang.
Kau tertawa, kau berlari, tanpa takut, tanpa menangis.”*

Di suatu pagi, di tempat lain, seorang awak kapal melihat perahu kosong.

Tak ada yang tahu siapa mereka, dari mana mereka datang.
Lautan menyimpan mereka, tanpa nama, tanpa tanda.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence

Di papan itu menempel sisa harapan yang ditelan samudra.

Halaman:

Berita Terkait