Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra: Pengantar Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Yang Menggigil Dalam Arus Sejarah
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 21 Maret 2025 08:09 WIB

Di tengah Perang Dunia Pertama, tentara yang seharusnya saling membunuh, untuk satu malam, bermain bola bersama karena mendengar lagu Silent Night di malam Natal.
Lima bulan sudah perang meletus.
Brutal.
Kejam.
Ratusan ribu mayat berceceran.
Bau darah,
bercampur bau bangkai.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence
25 Desember 1914.
Di tengah dingin yang menggigit,
di sela-sela bisikan perang yang tak pernah tidur,
aku mendengar suara itu.
“Stille Nacht, Heilige Nacht…”
Nyanyian dari parit kami,
mengalun pelan, rapuh,
tetapi cukup kuat menembus tembok perang.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
Dari seberang, terdengar suara lain menjawab,
bahasa yang berbeda, melodi yang sama:
“Silent night, holy night…”
Aku mengintip dari balik tanah yang retak,
dan melihat mereka:
tentara Inggris, tentara Prancis,
lawan yang selama ini kusebut musuh.
Mereka bukan bayangan
yang harus ditembak;
mereka pria yang juga rindu rumah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence
Sesuatu bergerak dalam diriku,
lebih berat dari ransel,
lebih dalam dari luka tembak.