DECEMBER 9, 2022
Kolom

Dari Deflasi Menuju Resesi: Indonesia di Persimpangan Ekonomi

image
Ilustrasi aktivitas ekonomi Indonesia (Foto: Kemenko Ekonomi)

Oleh Ali Samudra* 

ORBITINDONESIA.COM - Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Deflasi yang melanda sejak awal tahun 2025 tidak hanya menurunkan harga barang dan jasa, tetapi juga menciptakan stagnasi aktivitas ekonomi yang berbahaya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi tercatat minus 0,8 persen pada kuartal pertama 2025, sementara konsumsi rumah tangga turun 3,1 persen dan investasi merosot hingga 4,5 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Indonesia sedang bergerak menuju resesi sebuah skenario yang menuntut perhatian serius dari pemerintah dan pelaku usaha.

Baca Juga: Akibat Tingginya Harga Pangan dan Tingkat Inflasi, Protes Merebak di Kota-kota Nigeria

Deflasi: Ancaman Nyata bagi Perekonomian 
Deflasi bukan sekadar soal turunnya  harga, tetapi menciptakan efek domino yang melumpuhkan perekonomian. Ketika harga barang terus turun, dunia usaha menahan produksi, investor menarik dananya, dan masyarakat menunda konsumsi. Berikut dampak dari adanya deflasi:

Daya Beli yang Tertekan 
Data menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi lebih dari separuh terhadap PDB, mengalami penurunan signifikan. Sektor makanan dan minuman hanya tumbuh 1,2 persen dibandingkan pertumbuhan 4,6 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Fenomena ini menandakan kekhawatiran masyarakat terhadap masa depan ekonomi.

Investasi yang Tertahan 
Penurunan investasi sebesar 4,5 persen mencerminkan keraguan investor terhadap prospek bisnis di Indonesia. Ketidakpastian pasar, ditambah kebijakan pemerintah yang cenderung berubah-ubah, membuat investor memilih untuk menahan ekspansi atau bahkan menarik dana mereka.

Baca Juga: Mendagri Tito Karnavian: Papua Barat Daya, Provinsi Dengan Inflasi Terendah di Indonesia

Penerimaan Pajak yang Merosot 
Data terbaru dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa penerimaan pajak hingga kuartal pertama 2025 hanya mencapai 75 persen dari target, atau turun 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini berbahaya karena mempersempit ruang fiskal pemerintah untuk membiayai program pemulihan ekonomi.

Sektor Komoditas yang Lesu 
Sebagai negara yang bergantung pada ekspor komoditas, Indonesia menghadapi tekanan berat akibat anjloknya harga minyak sawit (CPO) dan batu bara yang masing-masing turun 12 persen dan 18 persen pada kuartal pertama 2025. Dampaknya sangat terasa di daerah-daerah penghasil komoditas yang mengandalkan sektor ini sebagai tulang punggung ekonomi lokal.

Tekanan Utang yang Mengkhawatirkan 
Posisi utang pemerintah yang mencapai Rp8.200 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 45 persen menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan negara membiayai program pemulihan ekonomi secara berkelanjutan.

Baca Juga: Untuk Tekan Inflasi di Kota Makassar, Bank Indonesia dan Pemprov Sulawesi Selatan Gencarkan Gerakan Tanam Cabai

Resesi: Ancaman yang Nyata di Depan Mata 
Jika deflasi ini terus berlanjut, dampaknya bisa semakin luas dan menciptakan: 
Lonjakan Pengangguran: Data mencatat tingkat pengangguran terbuka meningkat ke angka 6,4 persen pada awal 2025, naik dari 5,8 persen di tahun sebelumnya.

Halaman:

Berita Terkait