Catatan Denny JA: Komunitas Agama dan Spiritual di Era Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 16 Maret 2025 12:34 WIB

Dewa tidak pernah benar-benar merasa menjadi bagian dari satu agama. Lahir di keluarga yang tidak terlalu religius, Dewa tumbuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah sepenuhnya terjawab.
Apa makna hidup? Bagaimana manusia seharusnya menjalani hari-harinya? Apakah Tuhan ada, dan jika ada, bagaimana cara mengenali-Nya?
Dulu, pertanyaan semacam itu membawanya ke berbagai tempat: gereja, masjid, kuil, pusat meditasi. Namun kini, dengan satu ketukan jari, ia bisa memasuki semua tempat itu tanpa meninggalkan meja kafenya.
Baca Juga: Bali Tak Menyembah Patung: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya
Ia membuka AION dan mengetik: “Bagaimana cara menemukan kedamaian batin?”
Layar menampilkan berbagai perspektif. Dari Al-Qur’an, muncul ayat:
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Dewa mengangguk pelan. Lalu muncul ajaran Buddha:
“Kedamaian tidak ditemukan di luar sana. Kedamaian ada di dalam dirimu, ketika kamu berhenti berperang dengan kenyataan.”
Di bawahnya, AION menampilkan refleksi dari filsafat Stoikisme:
“Jangan berharap dunia berubah agar hatimu tenang. Tenangkan hatimu, dan dunia tidak akan pernah bisa mengusikmu.” — Marcus Aurelius