DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Komunitas Agama dan Spiritual di Era Artificial Intelligence

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dewa tidak pernah benar-benar merasa menjadi bagian dari satu agama. Lahir di keluarga yang tidak terlalu religius, Dewa tumbuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah sepenuhnya terjawab.

Apa makna hidup? Bagaimana manusia seharusnya menjalani hari-harinya? Apakah Tuhan ada, dan jika ada, bagaimana cara mengenali-Nya?

Dulu, pertanyaan semacam itu membawanya ke berbagai tempat: gereja, masjid, kuil, pusat meditasi. Namun kini, dengan satu ketukan jari, ia bisa memasuki semua tempat itu tanpa meninggalkan meja kafenya.

Baca Juga: Bali Tak Menyembah Patung: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya

Ia membuka AION dan mengetik: “Bagaimana cara menemukan kedamaian batin?”

Layar menampilkan berbagai perspektif. Dari Al-Qur’an, muncul ayat:

“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho

Dewa mengangguk pelan. Lalu muncul ajaran Buddha:

“Kedamaian tidak ditemukan di luar sana. Kedamaian ada di dalam dirimu, ketika kamu berhenti berperang dengan kenyataan.”

Di bawahnya, AION menampilkan refleksi dari filsafat Stoikisme:

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx

“Jangan berharap dunia berubah agar hatimu tenang. Tenangkan hatimu, dan dunia tidak akan pernah bisa mengusikmu.” — Marcus Aurelius

Halaman:

Berita Terkait