Puisi Esai Syaefudin Simon: Ion-Ion Semesta
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 25 Februari 2025 11:29 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Tubuhku mengigil
Mulutku terkunci
Mataku gelap
Telingaku tuli
Sakit. Sakit. Seluruh sendi tubuhku tersayat. Perih. Perih.
Dan, byar....
Seberkas cahaya melayang dari jasadku
Kulihat tubuhku terkulai lemah. Tak berdaya.
Istri dan anak-anakku menangis
Ayah, ayah, jangan tinggalkan aku
Mereka memelukku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Baca Juga: Puisi Ahmad Gusairi: Sang Pewarta
Aku telah berubah menjadi ion
Berpendar di hamparan putih tak berujung
Aku segera terbang, bersama ion-Ion lain yang menjemputku.
Aku terdiam. Tak mengerti, di mana aku?
Aku ditarik oleh bertriliun-triliun ion menuju sebuah ruang putih tak berdinding, di hamparan tak berbatas yang maha maha maha luas.
Tetiba gelombang raksasa ion itu menghentakkan aku di sebuah planet merah jingga.
Aku bertanya dalam hati, inikah planet Mars di sistem tata surya?
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Hak Asasi di Atas Perang Saudara
Bukan! Sebuah jawaban serentak muncul dari gelombang raksasa ion-ion. Suaranya bergemuruh, riuh, tapi lembut penuh kasih.
Aku terdiam. Terlihat ada sinar biru tersenyum padaku. Cahayanya berpendar-pendar: Selamat datang di kehidupan baru, katanya dengan syahdu.
Sayangku, kau kini berada di sebuah planet bernama Xsin di Zen System di Galaksi Andromeda (1)
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Kondisinya sangat berbeda dengan Planet Bumi di Solar Sistem di Galaksi Milky Way. Zen system hanyalah satu di antara miliaran system rotasi planet-planet dan bintang-bintang di Andromeda.