Tuesday, Mar 18, 2025
Kolom

Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

-000-

Di tengah perubahan ini, hak asasi manusia (HAM) menjadi penentu tafsir mana yang akan bertahan dan mana yang akan ditinggalkan.

Mengapa?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho

Karena generasi baru tidak lagi menerima dogma tanpa pertanyaan. Mereka menuntut agama yang memeluk kemanusiaan, bukan menindasnya.

Sejarah membuktikan: tafsir yang bertentangan dengan keadilan dan kesetaraan akhirnya akan ditinggalkan.

Di sebuah ruang sunyi, seorang ulama membuka kitabnya. Di seberang lautan, seorang aktivis menyalakan layar, membaca piagam hak asasi manusia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx

Dua dunia bertemu, dua kebenaran bisa bersilangan: agama sebagai cahaya, HAM sebagai kompas peradaban. Tapi apa yang terjadi ketika keduanya tak sejalan?

Di sebuah negara, seorang seniman dipenjara karena lukisannya dianggap menghina Tuhan. Di tempat lain, seorang LGBT diusir dari komunitas religiusnya karena “menyimpang dari fitrah.”

Kebebasan berekspresi bertemu batasan sakral. Hak atas identitas berbenturan dengan doktrin suci.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Khotbah Filsafat Hidup Lewat Lagu, Inspirasi Film Bob Dylan A Complete Unknown (2024)

Jika ini terjadi, apakah agama harus tunduk pada HAM? Atau HAM yang mesti memberi ruang bagi iman?

Halaman:

Berita Terkait