Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 15 Maret 2025 15:11 WIB

Yang diperlukan hanyalah jembatan pemahaman, agar kemanusiaan tetap menjadi pusat dari segala hukum, kebijakan, dan tafsir agama.
-000-
Agama bukanlah batu yang tak bergerak, melainkan sungai yang mengalir, menyesuaikan diri dengan lekuk-lekuk zaman.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Tafsirnya berubah, bukan karena ia kehilangan makna suci, melainkan karena manusia terus bertumbuh dalam memahami dirinya sendiri.
Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa tafsir yang bertahan bukanlah yang paling kaku, tetapi yang paling mampu menyerap keadilan dan kasih sayang sebagai inti spiritualitas.
AI, seperti halnya mesin cetak di masa lalu, bukan ancaman bagi agama, melainkan sebuah jendela yang membuka ruang refleksi yang lebih luas.
Dengan kecerdasannya, AI memperlihatkan spektrum tafsir yang selama ini tersembunyi.
Ia menyingkap kontradiksi yang dulu dilindungi otoritas, menyajikan tafsir lama dan baru dalam sekejap, memberi manusia pilihan untuk merenungkan: apakah keimanan harus mengurung atau membebaskan?
Namun, AI hanyalah alat. Manusialah yang akan menentukan apakah tafsir agama akan menjadi lilin yang menerangi jalan atau bara yang membakar jembatan kemanusiaan.
Di era ini, HAM bukanlah lawan agama. Ia adalah cahaya yang membantu iman menemukan jalannya di dunia yang semakin kompleks. Tafsir yang menolak nilai-nilai kemanusiaan akan terkikis oleh waktu, seperti air yang mengikis tebing hingga ia runtuh.