Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 15 Maret 2025 15:11 WIB

Fenomena ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya menjadi alat pembelajaran, tetapi juga katalis perubahan dalam memahami teks suci.
Dalam Islam, ada yang berpegang teguh pada teks, ada pula yang membaca konteks.
Dalam Kristen, ada tradisi yang menegaskan dogma lama, tetapi ada juga yang merangkul perubahan sosial.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Dalam Yahudi, Buddhisme, dan Hindu, interpretasi berkembang dalam berbagai aliran, dari yang paling konservatif hingga yang paling progresif.
Sejarah menunjukkan bahwa perubahan tafsir sering kali didorong oleh faktor eksternal: sosial, politik, teknologi. Reformasi Gereja tidak mungkin terjadi tanpa mesin cetak.
Buddhisme Theravada dan Mahayana lahir dari cara berbeda dalam memahami pencerahan. Hinduisme yang dahulu hirarkis kini melahirkan gerakan spiritual yang lebih egaliter.
Namun, ada tafsir yang masih bertahan dalam konservatisme yang kaku. Arab Saudi baru saja mencabut larangan mengemudi bagi perempuan, tetapi kebebasan mereka tetap dibatasi oleh hukum yang rigid.
Di Iran, perempuan masih dipaksa mengenakan hijab, meski gelombang perlawanan terus membesar.
Di Thailand dan Myanmar, kelompok nasionalis Buddhis membenarkan diskriminasi terhadap minoritas atas nama agama.
Agama tidak sedang terancam. Tafsirnya yang diuji.