Riset LSI Denny JA: Gebrakan Prabowo Subianto, Antara Gagasan Besar dan Kesiapan Tata Kelola Pemerintahan
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 11 Maret 2025 09:24 WIB

Studi kasus ketiga: Korea Selatan investasi pendidikan. Lompatan Korea Selatan: Dari Kemiskinan ke Negeri Teknologi
Pada 1960-an, Korea Selatan berdiri di ambang keterpurukan. Negara ini lebih miskin dari Ghana, dengan infrastruktur yang hancur akibat perang.
Tetapi di tengah reruntuhan, ada sebuah keputusan besar: membangun manusia sebelum membangun gedung-gedung tinggi.
Baca Juga: LSI Denny JA: Presiden Prabowo Subianto Capai Puncak Popularitas Usai Dilantik
Pemerintah memulai dengan revolusi pendidikan. Setiap anak harus bersekolah. Kurikulum diubah untuk fokus pada sains, teknologi, dan matematika.
Pendidikan tidak hanya gratis, tetapi juga menjadi jalan utama bagi mereka yang ingin keluar dari kemiskinan. Guru dijadikan profesi paling dihormati, dan gajinya disetarakan dengan pejabat tinggi negara.
Di tahun 1970-an, strategi berubah. Pemerintah menghubungkan pendidikan dengan industri. Universitas bekerja sama dengan perusahaan seperti Samsung dan Hyundai.
Para insinyur muda tidak hanya diajari teori, tetapi juga praktik di pabrik dan laboratorium. Negara ini tidak sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi mencetak manusia-manusia unggul yang siap menciptakan inovasi sendiri.
Lalu, tahun 1990-an menjadi era transformasi digital. Internet masuk ke sekolah-sekolah. Pemerintah mengembangkan e-government, membuat birokrasi lebih cepat, transparan, dan efisien.
Korea Selatan tidak hanya mencetak pekerja, tetapi pemikir, pencipta, dan pemimpin di bidang teknologi.
Baca Juga: Inilah Analisis LSI Denny JA tentang Pemenang Pilkada di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Kini, Korea Selatan memimpin dunia dalam teknologi, semikonduktor, dan industri kreatif. Dari negara miskin menjadi pusat inovasi global. Bukti bahwa membangun manusia adalah kunci membangun peradaban.