Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence
- Penulis : Arseto
- Jumat, 07 Maret 2025 18:54 WIB

-000-
Dahulu, pemuka agama adalah mercusuar. Mereka penjaga pintu wahyu, penafsir kitab, dan penyambung lidah Tuhan.
Namun, era AI telah mendemokratisasi akses terhadap pengetahuan agama. Dengan AI seperti ChatGPT, Perplexity, DeepSeek, siapa pun bisa mencari tafsir agama dalam hitungan detik.
AI dapat membaca seluruh kitab suci lintas agama, membandingkan tafsir, bahkan memprediksi perdebatan teologis berdasarkan data sejarah.
Tidak ada lagi dominasi satu mazhab. Tidak berlaku lagi monopoli kebenaran. Seorang santri di Jawa kini bisa membaca tafsir Ibnu Katsir, membandingkannya dengan komentar Rumi, lalu mencari makna simboliknya dalam perspektif psikologi Jungian.
Semua ia dengarkan dalam satu malam, tanpa harus berguru selama bertahun-tahun.
Di gereja, seorang jemaat yang gelisah bisa bertanya kepada AI: “Bagaimana Yesus memandang perkawinan?”
Jawabannya bisa beragam, dari perspektif teologi Katolik, Protestan, hingga teologi pembebasan di Amerika Latin.
Di vihara, seorang biksu pemula bisa merenungkan pertanyaan tentang nirwana, dan AI akan menyuguhkan jawaban dari Tripitaka, komentar Nagarjuna, serta wawasan dari psikologi modern.
Informasi yang dulu eksklusif kini menjadi milik semua orang.