Catatan Denny JA: Tafsir yang Berbeda tentang Kurban Hewan di Era Animal Rights
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 28 Mei 2025 06:55 WIB

3. Ritus yang Melanggengkan Kekerasan: Bahaya Sakralisasi Tanpa Refleksi
Ketika penyembelihan dikuduskan sebagai ritus agama, ia bisa membungkam empati. Luka hewan dianggap bukan sekadar bisa diterima, tapi justru dikehendaki Tuhan.
Dalam jangka panjang, ini membentuk imajinasi religius yang menormalisasi kekerasan simbolik. Bahkan menyakiti bisa menjadi suci, jika dilakukan dalam nama Tuhan.
Di titik ini, agama kehilangan wajah kasihnya.
4. Spiritualitas Baru: Menggeser dari Darah ke Ketulusan
Mereka yang tetap makan daging tetapi menolak penyembelihan hewan sebagai bentuk ritual, sejatinya sedang menggagas ritus yang lebih esensial.
Mereka bertanya ulang: Apa yang Tuhan kehendaki dari sebuah kurban?
Jawaban mereka bukan leher yang terpotong, tetapi ego yang dikalahkan, keserakahan yang dipangkas, dan cinta yang dibagikan.
Kurban dalam tafsir baru bukan lagi tentang darah yang mengalir, tetapi tentang air mata yang jujur karena kasih.
5. Masa Depan Tafsir: Dari Ritual Darah Menuju Ritual Nurani