Catatan Denny JA: Tafsir yang Berbeda tentang Kurban Hewan di Era Animal Rights
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 28 Mei 2025 06:55 WIB

Ia menyitir Gandhi: “Kemajuan moral bangsa bisa dilihat dari bagaimana ia memperlakukan hewan.”
Di sini, kurban menjadi cermin moral zaman.
Ada yang menelusuri sejarah hukum Islam. Ia menunjukkan bahwa kurban tak selalu berupa hewan besar—bahkan ayam atau telur pun pernah dianggap sah. Tafsir bisa menyesuaikan konteks.
Ada yang meninjau dari Persaudaraan Kosmik.
Ia memandang manusia dan hewan sebagai jejaring energi semesta.
Membunuh untuk ritual, katanya, adalah paradoks spiritual. Kurban sejati adalah menyembelih ego, bukan makhluk lain.
-000-
“Daging dan darah itu tidak akan sampai kepada Tuhan, tetapi ketakwaanmulah yang sampai kepada-Nya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Ayat ini adalah cahaya di jalan gelap. Tuhan tak menanti daging. Ia menanti cinta. Ia tak menuntut darah. Ia menuntut keikhlasan batin.
Di masa depan, kurban mungkin tak lagi berarti sembelih, tapi berbagi. Tak lagi pisau, tapi pelukan. Tak lagi tetesan darah, tapi air mata karena cinta.