DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Indonesia Perlu Belajar Dari United Emirat Arab, Dari Gurun Pasir ke Pusat Dunia

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Negara besar bukan warisan sejarah. Ia adalah puisi masa depan yang ditulis dengan kerja hari ini, dan dimulai dari sebuah mimpi yang berani.

Mempelajari sukses United Emirat Arab (UEA), saya teringat negeri sendiri: Indonesia.

Tahun 1971, tujuh emirat kecil di bawah bayang-bayang Inggris memutuskan menyatukan diri. Uni Emirat Arab pun lahir. Waktu itu, sebagian besar wilayah hanyalah padang pasir dan pemukiman kecil nelayan dan pedagang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Peta Jalan Agama di Zaman Artificial Intelligence

Dubai adalah kota pelabuhan yang relatif lebih maju. Tapi yang lainnya? Hanya hamparan pasir dan suhu ekstrem. PDB-nya tak seberapa, penduduknya kurang dari satu juta.

Namun, dunia berubah dengan cepat. Dan salah satu kisah transformasi paling dramatis dalam sejarah manusia modern terjadi di sini. Di bawah langit Arab, di tengah padang pasir, kawasan ini menjelma menjadi kota futuristik.

Apa yang terjadi?

Baca Juga: Catatan Denny JA: In Memoriam Firdaus Ali, Semoga Nyanyimu Lebih Merdu di Samping-Nya

-000-

Minyak, Tapi Bukan Sekadar Minyak.

Banyak negara menemukan minyak. Tapi tak semua berhasil menggunakannya untuk membangun masa depan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Sejarah Surat Cinta bagi yang Telah Tiada

UEA, terutama Abu Dhabi, punya cadangan minyak besar. Namun pemimpinnya sadar bahwa minyak adalah berkah sementara.

Sheikh Zayed dan Sheikh Rashid, pendiri dua emirat utama, tidak hanya berpikir untuk satu dekade. Mereka berpikir untuk satu abad.

Mereka membangun sekolah, rumah sakit, infrastruktur jalan, dan perumahan rakyat. Tapi mereka juga memelihara mimpi: menjadikan UEA pusat dunia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Kuputari Kakbah

Roadmap Panjang pun disusun: Dubai Plan 2021, Abu Dhabi Vision 2030

Setiap dekade, UEA menyusun peta jalan baru. Dubai Vision 2021, Abu Dhabi Vision 2030, dan kini UAE Centennial 2071.

Tak ada visi yang final. Semua direvisi, disempurnakan, dan disesuaikan perubahan zaman. Mereka melibatkan konsultan terbaik dunia—McKinsey, BCG, dan pakar-pakar independen dari MIT hingga Oxford.

Baca Juga: Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual Universal, Realitas Itu Bersifat Spiritual

Tapi bukan hanya soal teknokrat. Ini tentang semangat nasional:

Untuk tidak menjadi penonton sejarah. Tapi penulisnya.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyerukan Kebenaran dan Keadilan

Strategi Lima Pilar pun disusun, dibuat roadmapnya hingga detil, untuk menjadi pedoman pembangunan:

1.    Diversifikasi Ekonomi

Sejak 1990-an, Dubai mengurangi ketergantungan pada minyak. Kini lebih dari 90% PDB Dubai berasal dari non-minyak: pariwisata, logistik, real estate, dan teknologi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Janji Kampanye Donald Trump yang Menyulitkan Pemerintahan Baru

2.    Infrastruktur Kelas Dunia

Burj Khalifa bukan hanya simbol. Ia adalah pesan: Dubai bisa jadi pusat global.

Bandara, pelabuhan Jebel Ali, dan sistem transportasi didesain untuk mendukung arus barang dan manusia.

3.    Free Zones dan Pajak Rendah

UEA menciptakan kawasan ekonomi bebas seperti Dubai Internet City dan JAFZA yang menarik investor dengan regulasi longgar dan fasilitas unggul.

4.    Branding Global

Lewat event seperti Expo 2020, UEA membangun citra internasional.

Emirates Airlines pun menjadi duta budaya Arab yang modern dan efisien.

5.    Investasi dalam SDM dan Teknologi

Kota seperti Masdar (Abu Dhabi) dirancang sebagai kota berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

UEA juga menjadi rumah bagi museum sains, AI University, dan sekolah elite dari AS dan Eropa.

Gurun adalah simbol keheningan. Tapi UEA menjadikannya simbol peradaban baru.

Ada filosofi dalam pembangunan UEA: bahwa sejarah bukan ditunggu, tapi diciptakan.

Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum berkata:

“Di dunia ini hanya ada dua jenis manusia: pembuat sejarah dan penonton sejarah. Dan kami tidak mau hanya menonton.”

UEA tidak membuang akar Islamnya. Masjid tetap megah, adzan tetap berkumandang, dan syariat tetap dihormati.

Tapi modernitas hadir berdampingan: perempuan bekerja di parlemen, startup berkembang, dan konser musik internasional berlangsung rutin. Keberagaman budaya, cara berpakaian, filosofi hidup dihormati.

Ini bukan sekadar pembangunan fisik. Ini adalah eksperimen besar dalam menyelaraskan tradisi dan inovasi.

Tak semua mulus. Ada kritik soal ketimpangan, pekerja migran, dan keberlanjutan lingkungan. Tapi UEA tak menutup telinga. Mereka membuat reformasi hukum tenaga kerja, investasi hijau, dan target net-zero carbon 2050.

Negara ini menjadi laboratorium sosial, ekonomi, dan politik paling mencolok di Timur Tengah.

-000-

UEA Hari Ini: Dari Pasir ke Panggung Dunia. Lihatlah datanya:

•      PDB per kapita di atas US$ 40.000

•      Kota teraman di dunia: Abu Dhabi

•      Bandara tersibuk internasional: Dubai

•      Ekspansi global: Investasi UEA ada di pelabuhan Afrika, teknologi Eropa, hingga energi hijau Asia

•      Wisata dunia: 16 juta turis per tahun

Transformasi UEA bukanlah sulap. Tapi hasil dari visi jangka panjang, fleksibilitas adaptif, dan keberanian berpikir besar.

Padang pasir tak menghalangi impian, jika impian itu dirawat dengan ilmu dan kerja keras.

“Kami tidak akan bergantung pada kekayaan minyak selamanya. Kami akan membangun ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, keberanian, dan inovasi.”

— Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan

Jika ingin membangun kota, pikirkan sepuluh tahun.

Jika ingin membangun peradaban, pikirkan seratus tahun.

UEA melakukannya dari nol. Dan dunia kini menoleh.

-000-

Indonesia 2045: Memetakan mimpi, menjalani peradaban

“Negara besar tak hanya tentang ekonomi. Tapi tentang jiwa yang tumbuh bersama tanahnya.”

Membangun negara dimulai dari sebuah mimpi. Tapi mimpi saja tak cukup. Ia harus dituangkan menjadi peta jalan, lengkap dengan tikungan dan tanjakan yang harus dilalui. Di titik inilah sejarah berpindah dari harapan menjadi tindakan.

Uni Emirat Arab adalah contoh. Dari padang pasir yang nyaris tak berpenghuni, ia menjelma menjadi magnet dunia. Tapi mari berpaling ke tanah kita sendiri—Indonesia.

Di tahun 2045, seratus tahun kemerdekaannya, Indonesia diprediksi menjadi negara keempat terbesar dunia secara ekonomi. Sebuah capaian luar biasa. Tapi izinkan kita merenung sejenak:

Apakah menjadi besar secara ekonomi cukup untuk disebut peradaban yang agung?

Karena manusia tak hanya butuh nasi dan roti. Kita juga butuh sastra dan puisi. Kita lapar akan spiritualitas yang dalam, akan makna dan pengharapan. Kita rindu demokrasi yang bukan pura-pura. Pemerintahan yang bersih, yang tak menukar masa depan demi keuntungan sesaat. Dan langit yang biru, sungai yang bening, udara yang tak membunuh anak-anak kita secara perlahan.

Maka waktunya kita menyusun Narasi Indonesia 2045. Bukan sekadar angka pertumbuhan ekonomi. Tapi juga pertumbuhan jiwa bangsa. Sebuah narasi yang menyatukan teknologi dan tradisi, modernitas dan kearifan lokal, inovasi dan welas asih.

Indonesia memiliki potensi besar untuk belajar dari roadmap UEA. Dengan kekayaan sumber daya alam, keberagaman budaya, dan populasi muda yang produktif.

Kita dapat menyusun langkah strategis yang serupa: diversifikasi ekonomi berbasis teknologi, investasi dalam pendidikan berkualitas tinggi, pembangunan infrastruktur hijau, dan branding global yang mencerminkan kekayaan budaya Nusantara.

Sebuah “Indonesia Vision 2045” perlu dirancang dengan melibatkan pakar lokal dan internasional, sambil tetap menjaga harmoni antara modernitas dan tradisi.

Hanya dengan visi yang terencana, Indonesia dapat menjadi pusat dunia yang tidak hanya kuat secara ekonomi tetapi juga bermartabat secara peradaban.

Indonesia tidak ditakdirkan menjadi sekadar penonton sejarah dunia. Tapi penulisnya.

Dan penulis yang baik, selalu memulai kisah besarnya dengan satu kalimat yang kuat:

Aku bermimpi. Dan aku tak sendiri.***

Jeddah, 8 April 2025

-000-

Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, sastra, agama dan spiritualitas, politik, sejarah, serta catatan perjalanan bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World

https://www.facebook.com/share/16QYL8F2Ha/?mibextid=wwXIfr

Halaman:

Berita Terkait