DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Indonesia Perlu Belajar Dari United Emirat Arab, Dari Gurun Pasir ke Pusat Dunia

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Di tahun 2045, seratus tahun kemerdekaannya, Indonesia diprediksi menjadi negara keempat terbesar dunia secara ekonomi. Sebuah capaian luar biasa. Tapi izinkan kita merenung sejenak:

Apakah menjadi besar secara ekonomi cukup untuk disebut peradaban yang agung?

Karena manusia tak hanya butuh nasi dan roti. Kita juga butuh sastra dan puisi. Kita lapar akan spiritualitas yang dalam, akan makna dan pengharapan. Kita rindu demokrasi yang bukan pura-pura. Pemerintahan yang bersih, yang tak menukar masa depan demi keuntungan sesaat. Dan langit yang biru, sungai yang bening, udara yang tak membunuh anak-anak kita secara perlahan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Peta Jalan Agama di Zaman Artificial Intelligence

Maka waktunya kita menyusun Narasi Indonesia 2045. Bukan sekadar angka pertumbuhan ekonomi. Tapi juga pertumbuhan jiwa bangsa. Sebuah narasi yang menyatukan teknologi dan tradisi, modernitas dan kearifan lokal, inovasi dan welas asih.

Indonesia memiliki potensi besar untuk belajar dari roadmap UEA. Dengan kekayaan sumber daya alam, keberagaman budaya, dan populasi muda yang produktif.

Kita dapat menyusun langkah strategis yang serupa: diversifikasi ekonomi berbasis teknologi, investasi dalam pendidikan berkualitas tinggi, pembangunan infrastruktur hijau, dan branding global yang mencerminkan kekayaan budaya Nusantara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: In Memoriam Firdaus Ali, Semoga Nyanyimu Lebih Merdu di Samping-Nya

Sebuah “Indonesia Vision 2045” perlu dirancang dengan melibatkan pakar lokal dan internasional, sambil tetap menjaga harmoni antara modernitas dan tradisi.

Hanya dengan visi yang terencana, Indonesia dapat menjadi pusat dunia yang tidak hanya kuat secara ekonomi tetapi juga bermartabat secara peradaban.

Indonesia tidak ditakdirkan menjadi sekadar penonton sejarah dunia. Tapi penulisnya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Sejarah Surat Cinta bagi yang Telah Tiada

Dan penulis yang baik, selalu memulai kisah besarnya dengan satu kalimat yang kuat:

Halaman:

Berita Terkait