Catatan Denny JA: Peta Jalan Agama di Zaman Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 19 Maret 2025 12:45 WIB

Dhammapada 183
“Jangan berbuat kejahatan, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran – itulah ajaran para Buddha.”
Dalam ajaran Buddha, ibadah bukanlah sekadar ritual, tetapi praktik moral dan penyucian batin yang dilakukan dengan keikhlasan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama yang Berdampingan dengan Positive Psychology dan Neuroscience
Sutta Nipata 503
“Orang yang bijaksana tidak mengejar kepentingan pribadi, tetapi hidup untuk kesejahteraan semua makhluk dengan hati yang murni.”
Ayat ini menekankan bahwa kebajikan sejati adalah melayani sesama dengan niat yang tulus dan tanpa pamrih.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence
Dari berbagai kitab suci, terlihat bahwa ibadah dengan ikhlas, tanpa pamrih, dan penuh ketulusan adalah nilai yang dijunjung tinggi di semua tradisi agama.
Ibadah bukan hanya ritual, tetapi juga cara hidup yang penuh pengabdian dan kasih sayang.
Dari filsuf Stoik, muncul nasihat: “Terimalah nasibmu, jalani dengan kebajikan.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
Dari ilmu neurosains, AI menjawab: “Makna adalah konstruksi otak, ditenun dari kebiasaan dan harapan.”