Catatan Denny JA: Agama Bertahan Bukan Karena Kebenaran Fakta Sejarahnya
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 05 Maret 2025 14:10 WIB

Kekosongan Teori Sosiologi Agama di Era AI (3)
ORBITINDONESIA.COM - David Friedrich Strauss pernah menulis buku yang mengguncang dunia teologi. Dalam The Life of Jesus, Critically Examined (1846), ia mengurai bahwa banyak bagian dalam Injil bukanlah catatan sejarah. Itu mitos yang berkembang di tengah komunitas beriman.
Publik bergejolak. Gereja mengecamnya. Gagasan David Strauss tak mati, bahkan diperkuat oleh banyak riset sejarah setelahnya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini
Ironisnya, setelah lebih dari satu abad berlalu, keyakinan kepada Yesus tetap teguh. Jutaan orang masih berdoa kepadanya, memujanya, dan menganggapnya Juru Selamat.
Padahal, penelitian sejarah tak kunjung menemukan bukti bahwa Yesus lahir di Betlehem, bahwa Ia melakukan mukjizat, atau bahwa Ia bangkit dari kematian.
Jika agama hanya bertahan karena kebenaran faktual, seharusnya kepercayaan ini sudah runtuh. Tetapi ia tetap hidup. Mengapa?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Agama bertahan bukan karena ia benar secara historis, tetapi karena ia memberi makna bagi manusia. Inilah prinsip kedua yang saya kembangkan dalam Teori Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence (AI).
Jika prinsip pertama melihat korelasi agama dengan kualitas ruang publik, seperti korupsi pemerintahan, prinsip kedua melihat hubungan agama dengan kebenaran faktual/historis.
-000-
Di sebuah malam yang tenang, seorang ilmuwan dan seorang imam duduk berdiskusi.