Puisi Esai Syaefudin Simon: Ion-Ion Semesta
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 25 Februari 2025 11:29 WIB

Kau akan bangkit menjadi makhluk hidup di sini bersama mahluk-mahkuk hidup yang lain, kedip sinar biru yang kumengerti maksudnya.
Aku kedipkan mata. Kutebar pandanganku ke sekeliling wahana kehidupan baru.
Kulihat banyak spesies yang unik yang tak pernah terbayangkan waktu hidup di Planet Bumi. Spesies mirip manusia berkulit mutiara berseliweran. Mereka tak makan dan minum. Mereka cukup menghirup gas helium sebagai sumber energi kehidupannya. Reproduksinya dengan bio artificial intelligence. Gendernya berbeda dengan spesies homo sapiens. Tak ada pria dan wanita. Tak ada homo dan lesbi. Entah bagaimana. Aku belum mengerti fenomena di kehidupan baruku di planet Xsin.
Baca Juga: Puisi Ahmad Gusairi: Sang Pewarta
Ketika aku sedang merenung, tetiba sebuah sosok spesies dari planet Xsin mengajakku ke sebuah ruang komputer raksasa. Ia mengenalkan diri, namanya Mizu.
Mizu berkata,
Ini komputer kuantum ionik super kilat yang bisa mengamati seluruh alam raya yang jumlahnya triliunan galaksi.
Komputer ini bisa mengamati ledakan big bang yang terjadi setiap sepertriliun detik di trilyunan galaksi di seluruh multiverse (2). Hoh?
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Hak Asasi di Atas Perang Saudara
Betapa banyak universe dalam multiverse? Aku tertegun. Betapa maha besarnya Tuhan yang menciptakan multiverse yang masih belum diketahui manusia di planet bumi yang berada di satu universe dengan triliunan galaksi itu.
Aku terperanjat. Allahu akbar. Allahu akbar!
Betapa Maha Besarnya Tuhan Jagat Raya.
Tanpa kusadari aku mengucapkan
Allahu Ahad
Allahu Somad
Lam Yalid Walam Yulad
Walam Yakullahu Kufuwan Ahad (3)
Aku hampir pingsan mendengar penjelasan Mizu
Tentang Kemahabesaran Ilahi Rabi
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Yang menaungi diri, yang kini berbentuk setitik ion di sebuah galaksi, yang dipenuhi bertriliun triliun bintang yang besarnya bermiliar triliun kali bumi
Allahu Akbar Tuhan Semesta dengan segala maha yang tak tertandingi