Puisi Esai Syaefudin Simon: Ion-Ion Semesta
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 25 Februari 2025 11:29 WIB

Tetiba aku ingin melihat di mana keberadaan orang-orang yang dipuji manusia planet bumi seperti nabi, resi, dan raja mumpuni. Di mana mereka berada di antara triliunan galaksi?
Kuketik nama Muhammad
Di layar komputer raksasa terlihat sosok manusia gagah perkasa. Ia sedang tersenyum, duduk di singgasana bercahaya, yang arsitekturnya seperti Keraton Jawa.
Keketik nama Isa Al Masih
Di layar komputer muncul sosok manusia ganteng berambut gondrong bersorot mata penuh kasih.
Singgasananya sangat indah seperti istana Romawi.
Baca Juga: Puisi Ahmad Gusairi: Sang Pewarta
Kuketik nama Shidarta Gautama
Di layar komputer muncul sosok manusia mulia dengan penampilan sederhana.
Ia duduk di singgasana indah yang dikelilingi danau penuh teratai putih dan jingga.
Kuketik nama Rendra
Di layar komputer terlihat Rendra muda sedang berada di istana megah membacakan puisi pamflet yang mengumandangkan pemberontakan terhadap penguasa serakah.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Hak Asasi di Atas Perang Saudara
Kuketik nama Denny JA
Di layar komputer terlihat Denny remaja tengah berdiri di kantor LSI Jalan Pemuda Jakarta sedang membacakan puisi esai dari buku Atas Nama Cinta, karya monumentalnya.
Kuketik nama Mulyono
Di layar komputer terlihat Jokowi tengah berbicara dengan Prabowo di Istana Merdeka. Suara mereka tak terdengar, kecuali kata Danantara... Oh Danantara.
Capek.
Aku capek menulis nama-nama manusia yang ingin kuketahui.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Mizu berkata, triliunan nama kau ketik di komputer kuantum ionik super kilat ini.
Ia pasti menjawabnya dengan rinci
Soal apa pun dengan pasti.
Dari niat suci manusia sampai manusia pura pura suci dengan berbusana putih.