Melawan Diskriminasi dengan Puisi: Kata Pengantar Denny JA untuk Kumpulan Puisi Anti Diskriminasi dan Pro Toleransi
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 03 Juni 2024 09:13 WIB
Bahkan dinding itu kita dirikan di dalam pikiran.
Di dalam hati.
Sehingga kita terpisah secara total.
Kita tidak ingin saling mengenal.
Apalagi saling mengasihi.
Pada saat bersamaan kita menyeru Tuhan sebagai
Zat Yang Maha Pengasih.
Sungguh aneh, mengapa kasih Tuhan tidak menorehkan
bekas dalam diri kita untuk mengasihi sesama.
Mengapa?
Karena kita membangun dinding dalam diri kita.
(Judul: PERTEMUAN. Dibacakan di acara Dialog L intas Iman, Esoterika Forum
Spiritualitas dan Gereja Kristen Indonesia/GKI dalam rangka
Paskah dan Ramadan, 15 April 2023 di GKI Kebayoran Baru,
Panglima Polim, Jakarta Selatan).
Ini bait lain dari puisi Ahmad Gaus.
“Manusia membangun surga-surga imajiner.
Tubuh mereka di atas bumi, tapi jiwa mereka di atas
langit.
Itulah perpecahan paling tragis dalam peradaban manusia.
Sebab Tuhan adalah satu kesatuan.
Pikiran manusia memisah-misahkan.
Yang wujud dan yang gaib.
Tubuh dan jiwa.
Kita dan mereka.
Aku dan engkau.
Tuhan membuat garis lengkung pertemuan langit dan
bumi.
Tapi manusia membangun tembok pemisah yang tegar
atas nama keyakinan.
Padahal Tuhan tidak ada di dalam perpecahan.