Puisi Esai Denny JA: Marhaen di Abad 21
- Kamis, 06 Februari 2025 10:17 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/06/20250206102349IMG-20250206-WA0000_copy_800x450.jpg)
Puisi esai seri "Mereka Yang Mulai Teriakan Merdeka" (14)
ORBITINDONESIA.COM - 1929, pedalaman Jawa, para petani bergelora oleh pidato Bung Karno untuk berdikari. Tapi mengapa di abad 21, negeri itu belum swasembada? 1
-000-
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Awal Mawar yang Berduri
Rahmat, anak sawah,
menyemai pagi,
tapi yang kenyang adalah gedung-gedung tinggi.
Ia menanam butir harapan,
tapi yang panen adalah tangan-tangan tak terlihat.
Di ladangnya sendiri, ia hanya bayang-bayang,
membajak tanah yang tak pernah membajak nasibnya.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Aku dan Banjir Jakarta
“Untuk siapa keringatku mengalir?”
bisiknya pada batang padi,
yang menunduk diam,
seolah malu untuk menjawab.
Lalu sebuah kabar tiba dari pasar.
Malam itu, di alun-alun kota,
suara asing menggetarkan udara.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Derita Saijah dan Adinda untuk Indonesia Merdeka
Bukan suara pemungut pajak.
Bukan suara majikan.
Tapi suara yang membangunkan tidur panjang rakyat kecil.