Inspirasi Politik dari Mata Air Bung Karno dan Sjahrir: Pengantar dari Denny JA untuk Buku Puisi Esai Isti Nugroho
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 04 Juli 2024 08:40 WIB
Dua visi ini, satu tentang kebebasan dan yang lain tentang kekuatan terpusat, mulai memisahkan mereka.
Perbedaan pandangan juga tampak dalam sikap mereka terhadap komunisme.
Soekarno merangkul komunisme sebagai bagian dari konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme).
Ia percaya menggabungkan ketiganya akan menciptakan keseimbangan dan kekuatan.
Sjahrir, sebaliknya, berhati-hati. Ia menolak komunisme yang otoriter dan totaliter, mendukung sosialisme yang demokratis dan menghormati hak asasi manusia.
Bagi Sjahrir, PKI adalah ancaman terhadap demokrasi yang baru lahir.
Ketegangan ini memuncak pada awal 1960-an. Sjahrir semakin kritis terhadap kebijakan Soekarno, terutama kedekatan Soekarno dengan PKI.
Soekarno, yang merasa terancam, melihat Sjahrir sebagai penghalang. Pada tahun 1962, Sjahrir ditangkap atas tuduhan konspirasi. Ia dipenjara tanpa proses peradilan.
Kisah persahabatan dan perpecahan antara Bung Karno dan Bung Sjahrir adalah kisah tentang visi, pilihan, dan prinsip.
Dari sahabat menjadi lawan politik, mereka menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya melawan penjajah, tetapi juga tentang bagaimana membangun masa depan yang adil dan sejahtera bagi bangsa.