DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Shafwan Hadi Umry: Menonton Lukisan Denny JA

image
Lukisan Artificial Intelligence karya Denny JA (Foto: Satrio Arismunandar)

ORBITINDONESIA.COM - Siang itu di tengah kesibukan rutin masyarakat ibu kota Jakarta saya singgah untuk menonton lukisan versi AI buah karya Denny JA. Ada sejumlah lukisan cat minyak yang terpampang di dinding galeri Mahakam (25 Juni 2024).

Saya menyimpulkan ada tiga sikap berkesenian Denny JA untuk menghadirkan sejumlah lukisan itu.

Pertama, pemilihan tokoh dan peristiwa yang telah terjadi dalam dimensi waktu lalu, kini dan nanti. Misalnya, potret ilmuwan Einstein yang pernah kecewa dan menangis dengan hasil yang ‘maha indah’ itu berakhir tragis dalam peristiwa bom atom di Nagasaki dan Hiroshima.

Baca Juga: 5 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Mengapa Mengurung Pikiran di Dalam Sangkar

Kedua, tokoh milenialis yang berdampingan dengan potret Einstein didominasi wajah manusia abad ini yang dipenuhi kabel dan urat nadi online dan mesin pintar.

Kini mitos Einstein dilawan oleh ‘manusia mesin’ yang disebut kontra mitos. Mitos kecerdasan buatan/Artificial Intelligence ini semakin populer di era abad ke-21 .Banyak profesi yang hilang karena manusia telah mendelegasikan wewenangnya pada mesin pintar.

Saat ini mungkin sebagian besar mahasiswa paling diuntungkan. Oleh karena faktor pembantuan dalam menyelesaikan tugas belajar, pekerjaan rumah, skripsi dan tesis. Apabila guru dan dosen tidak menatar dirinya untuk mendayagunakan mesin ini, bakal masuk dalam ’daerah tertinggal’ manusia modern.

Baca Juga: 4 Lukisan Denny JA Artificial Intelligence: Hening adalah Bahasa Tuhan

Suatu saat sang mesin cerdas bisa terus berjuang untuk membangun emosi, dan perasaannya sebagaimana manusia yang bersedih dan berkasih sayang seperti film Terminator. 

Ketiga tokoh populer yang sangat mengusik dari berbagai aspek. Misalnya, kemanusiaan, tragedi, cinta, benci dan ambisi, politik, dan budaya kosmopolitan. Tokoh pejuang kemanusiaan “Mahatma Gandhi,” lukisan “rusa yang tertusuk panah Rama” sebagai simbol cinta yang berakhir sedih dan duka. Ambisi politik manusia dalam pemilihan umum .

Kemudian kasus kematian wabah Corona di Indonesia dalam “satu desa di kepulauan meranti dikarantina.” Bunda Teresa”,yang dikenal sebgai pejuang kemanusiaan khususnya merawat orang-orang miskin, orang-orang tersisih tak punya masa depan. Kemudian ketakutan anak-anak akibat ledakan bom dan kegembiraan anak bermain ikan lumba-lumba.

Baca Juga: Anwar Putra Bayu: Dunia Anak dalam Lukisan Artificial Intelligence (AI) Denny JA

Kunjungan saya ke galeri Denny di Mahakam sebagai rangkaian bertandang dari acara Anugerah Sastrawan Indonesia yang dilaksanakan Badan Bahasa di Hotel Sultan Jakarta. 

*Shafwan Hadi Umry adalah penulis dan akademisi. ***

Berita Terkait