DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Deden Ilhamoedin: Sehari dalam Lukisan Denny JA

image
Lukisan Artificial Intelligence karya Denny JA (Foto: Satrio Arismunandar)

ORBITINDONESIA.COM - Melihat-lihat lukisan para pelukis dalam pameran sebagai agenda hiburan dan juga melatih dunia ingatan.Banyak kenangan terlupakan pada sejumlah peristiwa dalam kehidupan manusia.

Saya berani bertaruh bahwa melihat lukisan adalah juga melawan lupa. Pada hari Selasa, 25 Juni 2024 saya diundang teman untuk pergi bersama-sama menyaksikan galeri lukisan Denny JA di Jalan Mahakam, kota Jakarta.

Ada puluhan lukisan Denny JA yang terpajang dari ruang bertingkat empat dan lima .Lukisan terpajang itu memberi informasi dan inspirasi tentang sejumlah peristiwa yang terjadi di belahan dunia ini.

Baca Juga: 4 Lukisan Denny JA Artificial Intelligence: Hening adalah Bahasa Tuhan

Ada lukisan Albert Einsten penemu teknologi bom atom yang pernah meluluhlantakkan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II antara Jepang dengan Amerika.

Kemudian lukisan tokoh pejuang Mahatma Gandhi. Saya sangat terkesan dengan lukisan “Ketakutan Sang Anak “ Lukisan ini menggambarkan empat anak yang menutup telinga mendengar gelegar bom dan langit yang hitam memancarkan warna-warna muram dan gelap.

Saya teringat  puisi Eka Budianta: ”Cobalah pada suatu malam membayangkan seorang bapa dari duaratus  jiwa anak yang berbeda-beda  watak dan kegemarannya.Cobalah berlaku adil, bijak, dan sayang pada mereka semua.Katakanlah  Tuhan akan kecewa bila mereka saling membenci dan suka berkelahi”.

Baca Juga: Anwar Putra Bayu: Dunia Anak dalam Lukisan Artificial Intelligence (AI) Denny JA

Pada puisi Eka, terasa imbauan kuat tentang harapan dan masa depan sang anak yang disampaikan kepada orang tua. Namun dalam lukisan Denny JA, hal itu tak terjadi.Justru sang anak yang perlu dilindungi masa depannya agar tidak berkelahi dirusak oleh perang dan bom dengan penuh kebencian. 

Secara menarik ada intertekstualitas puisi Eka Budianta yang berseberangan ide dengan lukisan Denny JA.

Hari itu saya lama merenung di depan lukisan empat anak yang secara dini telah mengalami dunia kebencian dan arogan manusia sang durjana justru dalam dunia modern ini.

Baca Juga: Shafwan Hadi Umry: Menonton Lukisan Denny JA

*Deden Ilhamoedin adalah penikmat lukisan, Jakarta.***

 

 

 

Berita Terkait