Penyesalan Bung Karno dan Ekspresi Puisi Esai: Pengantar Buku Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (2024)
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 10 Juni 2024 15:03 WIB
Banyak dari mereka yang tidak pernah pulih sepenuhnya dari pengalaman mengerikan itu.
Ketika Jepang akhirnya kalah dalam Perang Dunia II pada tahun 1945, tentara Jepang meninggalkan pos mereka. Ditinggal pula para wanita penghibur ini tanpa perlindungan. Mereka dalam kondisi yang sangat rentan.
Bagi mereka, pulang ke kampung halaman bukanlah pilihan yang mudah. Mereka menghadapi stigma sosial yang berat. Seringkali mereka dicap sebagai pelacur bagi penjajah.
Baca Juga: Puisi Gol A Gong: Kopi Tubruk
-000-
Isu lain yang juga tercecer di era kemerdekaan kisah gadis pribumi yang dipaksa menjadi simpanan, gundik, atau istri yang tak pernah dinikahi secara resmi oleh para tuan Belanda.
Satu contoh dari kisah nyai atau gundik itu adalah Nyai Ontosoroh. Itu karakter fiksi yang terkenal dari novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer.
Baca Juga: Denny JA dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai
Nyai Ontosoroh yang sebenarnya adalah Sanikem. Ia seorang wanita pribumi yang dipaksa menjadi gundik seorang Belanda bernama Herman Mellema.
Meskipun fiksi, kisahnya merefleksikan banyak realitas yang dihadapi oleh wanita pribumi pada masa kolonial. Sanikem dipaksa menjalani kehidupan sebagai gundik tanpa status pernikahan resmi, mengalami penderitaan dan perlakuan yang tidak adil dari masyarakat sekitar.
Selama masa kolonial Belanda, praktek concubinage atau nyai cukup umum. Diperkirakan puluhan ribu wanita pribumi menjadi nyai bagi pria-pria Belanda.
Para nyai ini secara resmi bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tetapi sering kali juga menjadi pasangan seksual majikan mereka.