DECEMBER 9, 2022
Puisi

Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (12): Nyai Dedeh Mencari Kunang-kunang

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Di zaman penjajahan Belanda sebelum tahun 1942, banyak gadis pribumi bekerja untuk tuan Belanda, sekaligus menjadi istri tak resmi, gundik, gadis simpanan, yang disebut nyai. Tugas mereka hanya melayani tuan Belanda. Tapi beberapa nyai tumbuh memperkuat diri.

-000-

Bogor, tahun 1935.
Menjelang malam, Dedeh dan Prabu, melewati jalan setapak, mengendap-endap, di kebun, tak ingin diketahui orang.

Sampailah mereka ke rumah Kyai.
Ia guru ngaji Prabu.

Dedeh pun menangis.
Usianya 16 tahun.
Bapak memintanya kerja,
menjadi pembantu tuan Belanda,
sekaligus sebagai gundik,
istri yang tak dinikahi.

Bapak pedagang batik.
Terlilit hutang.
Tuan Belanda membantu,
dengan syarat:
Dedeh menjadi gundiknya.

“Tolong aku, Kyai.
Nikahkan aku sekarang dengan Prabu.
Aku ingin pergi dari rumah.”

Air mata Dedeh tumpah.
Di langit, bulan ikut menangis.
Terdengar suara jangkrik yang meraung,
menahan luka.

Ujar Kiai,
“Nak, kau masih punya Ayah.
Walau ingin, Kiai tak bisa menikahkanmu.
Tak sah secara agama.
Percuma.
Ayahmu yang sah menikahkanmu, karena ia masih sehat.”

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait