Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (12): Nyai Dedeh Mencari Kunang-kunang
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 18 Mei 2024 18:01 WIB
Motif batik itu sering ia buat.
Batik motif kunang-kunang.
“Jika aku tak bisa bersatu denganmu di dunia nyata,
kita bersatu di kain batik ini.”
Batik itu ditekuninya sepenuh jiwa.
Motif kunang-kunang itu,
ditulisnya di kain,
untuk Prabu,
yang entah dimana.
Di tahun 2000,
batik merek Prabu itu sampai di tangan Yenni.
Sebagai peneliti sejarah,
Yenni mencari batik itu.
Ketika Yenni menghayati batik itu,
dan kisah cinta di baliknya,
kunang-kunang di batik itu, seolah hidup, terbang, banyak sekali, mengitari Yenni,
bercahaya.
Wow!, Yenni terpana.
“Kunang- kunang ini hidup.”
Berputar- putar,
itu kunang- kunang menyampaikan pesan,
kisah seorang gundik, seorang nyai, yang tak berdaya memberikan tubuhnya, tapi tetap memegang teguh cintanya.
Cinta sejati. ***
Jakarta, 18 Mei 2024
CATATAN
(1) Umumnya gadis pribumi yang dijadikan istri tak resmi, gundik, nyai bagi Tuan Belanda tak berdaya, dan layu di masa tua. Tapi ada juga nyai yang justru bangkit: