Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (12): Nyai Dedeh Mencari Kunang-kunang
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 18 Mei 2024 18:01 WIB
Dedeh membujuk Tuan Belanda.
Ia ingin bantu usaha.
Anak-anak sudah besar
Dedeh pun belajar membaca.
Dengan sangat tekun.
Belajar menghitung.
Dengan sangat tekun.
Dedeh jalankan usaha.
Dengan sangat tekun.
Di kala sepi,
Dedeh sering teringat Prabu.
“Di manakah kini kau berada, sayangku?
Kau berjanji, menungguku.
Selalu.”
Tahun 1942,
Jepang datang.
Belanda dikalahkan.
Tuan Belanda kabur pulang ke negerinya.
Dua anak Dedeh dibawa serta.
Dedeh ditinggal begitu saja.
Tapi ini Dedeh yang berbeda.
Usaha Tuan Belanda menjadi miliknya.
Dedeh pun ke Bogor,
mencari Prabu.
Tujuh tahun sudah berlalu,
sejak jumpa terakhir.
Terdengar kabar,
Prabu bekerja sebagai Romusha.
Dikirim tentara Jepang ke Riau.
Membangun Rel Kereta Api.
Entah sampai kapan.
Menjelang malam,
Dedeh ke kebun Pak Kiai.
Ia ingin lihat kembali kunang-kunang.
Kenangan terakhirnya dengan Prabu.
Tapi kunang-kunang itu tak pernah datang lagi.
Prabu pun tak terdengar lagi.
Dedeh hidupkan kembali usaha bapaknya.
Usaha batik.
Ia beri merek baru.
Batik dengan merek Prabu.