DECEMBER 9, 2022
Puisi

Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (13): Nyai Asih Ikut ke Belanda

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Di era penjajahan Belanda, sebelum tahun 1942, banyak gadis pribumi dipaksa bekerja sekaligus menjadi gundik, istri tak resmi tuan Belanda. Ketika Jepang mengalahkan Belanda, banyak tuan Belanda yang pulang ke negerinya. Gundik yang disebut nyai umumnya ditinggal begitu saja. Tapi ada satu nyai yang ikut dibawa serta ke Belanda.

-000-

Tahun 1956, di pemakanan
Zorglived, di Amsterdam, Belanda,
Yai Asih merenung.
Berjam-jam dia di sana.

Sebulan sudah Tuan Belanda, Arthur, meninggal.
Tiap hari Asih datang.
Tapi kali ini kedatangannya berbeda.

Dibisikannya di kuburan itu,
“Tuan Arthur, ini kedatanganku yang terakhir.
Maafkan jika ada kesalahanku.
Kesalahanmu sudah aku maafkan.”

Asih menangis.
Air mata ditahannya.
Tapi ribuan jarum menancap di ulu hati.
Air mata justru makin tumpah,
membawa duka, luka, derita, sepi, lara.

Dipandangnya kuburan itu,
kuburan lelaki yang sudah dilayaninya 26 tahun.

Angin membawanya ke masa lalu, masa yang jauh di sana.

Cimahi, 1930.
Usia Asih baru 16 tahun.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait