Denny JA dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 08 Juni 2024 09:30 WIB
Oleh Agus R Sarjono*
ORBITINDONESIA.COM - Angkatan Sastra menjadi perbincangan hangat dan luas setiap suatu angkatan sastra digagas dan/atau diumumkan.
Hal ini terjadi saat diumumkannya Angkatan 45 oleh H.B. Jassin, “Angkatan Terbaru” dan kemudian “Angkatan 50” oleh Ajip Rosidi, “Angkatan 66” oleh H.B. Jassin, “Angkatan 70” oleh Abdul Hadi WM, dan Angkatan 2000 oleh Korrie Layun Rampan.
Tampaknya, dalam urusan angkatan sastra, sejauh ini tidak ada penamaan dan perancangan yang sesukses H.B. Jassin. Meskipun canangan Ajip Rosidi atas “Angkatan Terbaru/50-an”, apalagi “Angkatan 70” yang digagas Abdul Hadi WM dan “Angkatan 2000” yang dicanangkan Korrie Layun Rampan, sejauh menyangkut bahan cukup meyakinkan, namun keduanya tidak pernah mendapat tempat kestabil dan sekokoh angkatan sastra yang diajukan H.B. Jassin.
Secara sekilas, dapat dilihat bahwa ketidaksuksesan Angkatan 50 dan 70 diakibatkan oleh lemahnya pewacanaan angkatan bersangkutan baik dari segi konsep, kekokohan argumentasi, maupun terutama koherensi.
Angkatan 2000 Korrie Layun Rampan, misalnya, sebagai sebuah ide dan bahkan fenomena, sangat meyakinkan. Namun, intuisi sastra Korrie yang hebat tidak ditunjang dengan argumentasi yang adekuat dan bukti yang koheren.
Dari segi apapun akan sulit mencari garis merah antara karya Afrizal Malna yang puisinya cenderung berestetika dekonstruktif dengan misalnya puisi Ahmadun Y. Herfanda yang konvensional bahkan mengarah ke Amir Hamzah.
Jika saja ia menyortir dengan keras dan teliti semua karya yang ia masukkan dalam Angkatan 2000, boleh jadi hasilnya akan lebih valid dan berterima. Bahkan, akan lebih mudah baginya jika angkatan yang diumumkannya itu diberi nama “Angkatan Reformasi” dan memilih semua karya sastra yang selaras dengan nama angkatan tersebut.
Sudah barang tentu nama H.B. Jassin sebagai kritikus sastra—yang dijuluki Paus Sastra Indonesia—memberi dampak signifikan pada kesohoran dan kestablikan angkatan sastra yang diproklamasikannya.
Baca Juga: Puisi Gol A Gong: Kopi Tubruk
Jika diperhatikan sejarah kesusastraan Indonesia dan kesusastraan dunia, maka akan tampak bahwa tiap 15 tahun atau 25 tahunb timbul generasi baru, demikian H.B. Jassin.