Penyesalan Bung Karno dan Ekspresi Puisi Esai: Pengantar Buku Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (2024)
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 10 Juni 2024 15:03 WIB
-000-
Romusha hanyalah salah satu saja kisah rakyat banyak yang tercecer, dan tersisih, di era kemerdekaan. Kisah derita lainnya soal para gadis pribumi yang dipaksa menjadi perempuan penghibur tentara Jepang.
Mardiyem dapat bercerita banyak. Ia seorang gadis muda dari Yogyakarta. Pada tahun 1942, Mardiyem tertipu dengan janji menjadi penyanyi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Baca Juga: Puisi Gol A Gong: Kopi Tubruk
Pada saat itu, ia baru berusia 13 tahun. Ia berharap dapat menggapai mimpinya di dunia hiburan. Namun, setibanya di Banjarmasin, Mardiyem dibawa ke sebuah tempat yang disebut "comfort station.”
Astaga. Mardiyem kaget. Ia dipaksa menjadi budak seks bagi tentara Jepang.
Pada hari pertama, Mardiyem sudah diperkosa berulang kali oleh tentara Jepang. Sehari ia harus melayani 10-15 tentara Jepang. Ini sebuah pengalaman traumatis yang berlangsung setiap hari selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Denny JA dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai
Kisah Mardiyem salah satu saja dari banyak kisah tragis yang dialami oleh perempuan di seluruh Asia selama Perang Dunia II. Ada sekitar 200.000 wanita yang dipaksa menjadi gadis penghibur bagi tentara Jepang.
Para wanita ini berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Korea Selatan, dan Cina.
Di Korea Selatan, mereka dikenal sebagai "comfort women" atau wanita penghibur. Banyak dari mereka dipaksa dengan cara yang sama seperti Mardiyem.
Trauma fisik dan emosional yang mereka alami sangat mendalam. Itu menyebabkan banyak dari mereka mengalami gangguan kesehatan jangka panjang, depresi, dan stigma sosial.