DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pusi Esai, Ketidakadilan Sosial, Kultur Pop, dan Ibu Kota Baru

image
Inilah Puisi Esai yang Disampaikan dalam Festival Puisi Esai ASEAN di Malaysia September 2022.

Di Indonesia, puisi esai tidak mulus diterima. Ia berhadapan dan dianggap mengganggu keangkeran dan kesucian puisi. Namun, ternyata ia dengan mudah dapat diterima di Malaysia yang menerima puisi esai apa adanya tanpa stigma dan prasangka.

Sebagai pop culture, puisi esai memang memiliki peluang untuk menyebar ke mancanegara. Para penulis puisi esai bagaimanapun dapat dengan nyaman memuatkan puisi esai mereka ke media sosial tanpa dihinggapi kegamangan, karena mereka menulis puisi esai bukan dari perspektif keangkeran puisi.

Mereka dengan nyaman merasa berhak menulis puisi esai karena memang yang bukan penyair boleh ambil bagian. Dengan menulis puisi esai, apakah akan diposting di media sosial atau diterbitkan sebagai buku, tidak ada pertanyaan krusial—misalnya, pertanyaan “Apakah saya seorang penyair?”—yang harus dijawab.  

Ibarat film, puisi esai tidak diniatkan untuk mendapat pengakuan dan nominasi di Cannes Film Festival yang angker itu, misalnya. Puisi esai kelihatannya lebih suka ditayangkan di Netflix sebagai drama seri, semacam drama Korea Selatan yang diminati dan dinikmati publik, dibanding mendapat penilaian tinggi dalam event-event festival film, 

Apakah mutu film jebolan Cannes Film Festival lebih bagus dari film-film tayangan Netflix, tentu hal tersebut dapat diperdebatkan.

Yang ingin digarisbawahi di sini adalah soal perasaan angker dan tidak angker. Membuat film dengan tujuan memenangi penghargaan Cannes Film Festival, misalnya, akan sangat berbeda dengan membuat film untuk ditayangkan di Netflix.

Yang pertama, akan berhadapan dengan aura angker nan suci dalam semangat seni dengan “S” besar, sementara yang kedua akan rileks atas nilai seninya (meski mungkin kurang rileks terhadap nilai komersialnya).

Kini, bisa dikatakan bahwa Malauysia—tepatnya Kinabalu—telah menjadi tuan ruman puisi esai. Festival Puisi Esai pertama dengan prakarsa sepenuhnya dari Tuan Rumah, tentu berkat upaya keras

Datuk Jasni Matlani Sang Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN, telah meneguhkan posisi ketuanrumahan Kinabalu atas puisi esai.

Meskipun puisi esai lahir di Jakarta, kelihatannya ia akan hijrah dan menjadikan Malaysia—tepatnya Kinabalu—sebagai ibu kotanya.

Halaman:

Berita Terkait