DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Seorang LGBT Menjadi Mata-mata (Spionase) dan Lainnya

image
Ilustrasi Pengantar buku puisi esai “Yang Luput dari Jantung Sejarah,” karya Irsyad Mohammad (Foto: Denny JA)

Seolah- olah ada ancaman dari kelompok minoritas yang harus diberangus demi ketertiban sosial.

Keempat: Ketakutan akan Identitas yang Cair.
Dunia modern dibangun atas kategori-kategori tegas: laki-laki/perempuan, suami/istri, maskulin/feminin.

Keberadaan LGBT mengancam batas-batas ini. Margareth, sebagai waria yang diterima di kalangan elite namun tetap direndahkan di ruang publik, menunjukkan betapa masyarakat tidak siap menghadapi identitas yang cair.

Baca Juga: Irsyad Mohammad: SATUPENA, Satu AI, dan Beberapa Visi dan Mimpi

Jess Goldberg, yang tidak diterima sebagai perempuan atau laki-laki sepenuhnya, adalah bukti bahwa norma gender tradisional gagal mengakomodasi keberagaman manusia.

Di sudut gelap sejarah, di mana bayang-bayang kekuasaan menari,
Margareth bukanlah wayang yang patuh pada dalang.
la adalah dalang itu sendiri-
merajut benang-benang rahasia menjadi senjata,
menyulap kutukan identitasnya menjadi mantra.

Di sini, di tanah Pancasila menggemakan "Keadilan bagi semua", ia justru menjadi cermin retak bagi negeri yang masih gagap:

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Aku Manusia Enam Setengah Tahun 

Bagaimana mungkin seorang waria, yang dianggap "durhaka" oleh fatwa, ternyata lebih setia pada kemanusiaan daripada mereka yang berkoar tentang moral?

Dalam diam, ia mencatat setiap paradoks.  Penghianat terbesar seringkali adalah mereka yang paling lantang berteriak "NKRI harga mati".

-000-

Baca Juga: Puisi Satrio Arismunandar: Kekayaan Sejati Denny JA

Mengapa Dunia Kini Berubah?

Halaman:

Berita Terkait