Catatan Denny JA: Ketika Seorang LGBT Menjadi Mata-mata (Spionase) dan Lainnya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 01 Mei 2025 02:16 WIB

Margareth mengumpulkan rahasia, mengamati kelemahan orang-orang berkuasa, dan mengubahnya menjadi laporan yang dikirim diam-diam ke Washington.
Ia menyadari bahwa dunia ini penuh kepalsuan, bahwa mereka yang tampak suci sering kali lebih kotor daripada mereka yang dipandang rendah.
Namun, di balik semua itu, ada kegelisahan yang terus menghantuinya.
Baca Juga: Irsyad Mohammad: SATUPENA, Satu AI, dan Beberapa Visi dan Mimpi
Di malam-malam yang tenang
hatiku selalu diguncang bimbang.
Haruskah kujalani semua ini,
memata-matai negeri sendiri?
Margareth mulai mempertanyakan pilihannya. Apakah ia telah mengkhianati tanah airnya? Ataukah ini adalah satu-satunya jalan baginya untuk bertahan hidup?
-000-
Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Aku Manusia Enam Setengah Tahun
Kisah Margareth bukan hanya tentang seorang waria yang menjadi mata-mata, tetapi juga sebuah refleksi tentang identitas, penerimaan, dan kekuasaan. Ada beberapa filosofi mendalam yang bisa kita petik:
Dunia ini penuh dengan peran yang dipaksakan. Margareth ingin menjadi dirinya sendiri, tetapi dunia memaksanya untuk memilih: menjadi korban atau menjadi alat kekuasaan.
Tidak ada pilihan yang sepenuhnya benar atau salah. Margareth bisa saja menolak menjadi agen, tetapi itu berarti ia kembali menjadi individu yang tidak diakui.
Baca Juga: Puisi Satrio Arismunandar: Kekayaan Sejati Denny JA
Ia memilih bertahan dengan caranya sendiri, meskipun itu berarti mengkhianati sesuatu yang lebih besar darinya.