DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual yang Universal Masuk Kampus

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Buku ini tidak memecahkan misteri hidup. Ia justru mengajarkan cara duduk bersama misteri itu dengan damai. Ia menolak fanatisme, menolak pesimisme, dan memilih spiritualitas sebagai jembatan kemanusiaan.

Akhirnya, buku ini bukan hanya untuk mereka yang beriman, tapi juga bagi siapa saja yang masih bertanya, masih merasa, dan masih ingin hidup dengan lebih sadar. 

Karena pada akhirnya, seperti tertulis di buku, “Mengenal diri adalah bentuk paling sunyi dari mengenal spiritualitas.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Indonesia Perlu Belajar Dari United Emirat Arab, Dari Gurun Pasir ke Pusat Dunia

-000-

2. Buku Sosiologi Agama di Era AI

Apa yang terjadi ketika mesin mulai menjawab doa? Ketika algoritma membaca ayat-ayat suci lebih cepat daripada ulama, dan gereja berpindah ke ruang virtual? 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Indonesia Belajar Dari Korea Selatan, Dari Puing-puing Perang Menuju Cahaya Peradaban

Buku Sosiologi Agama di Era Artificial Intelligence mengajak kita merenung tentang zaman baru, di mana agama tak lagi hanya ersoalan langit, tetapi juga data.

Melalui tujuh prinsip tajam, buku ini menafsir ulang peran agama di tengah gelombang revolusi teknologi. Agama kini tak cukup dijelaskan oleh Durkheim, Weber, atau Marx. Dunia telah berubah. Maka, sosiologi agama pun harus ikut bergerak.

Prinsip pertama mengungkap paradoks mengejutkan: semakin penting agama di suatu negara, semakin tinggi tingkat korupsi pemerintahan di negara itu. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Bingkisan Lebaran Dari Presiden Prabowo Subianto dan Seskab Teddy Indra Wijaya yang Menyentuh

Agama tak lagi menjadi benteng etika publik, melainkan simbol sosial tanpa sistem pendukung yang adil. 

Halaman:

Berita Terkait