DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Indonesia Belajar Dari Korea Selatan, Dari Puing-puing Perang Menuju Cahaya Peradaban

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Di tahun 1953, ketika suara tembakan terakhir dalam Perang Korea akhirnya mereda, yang tertinggal di Korea Selatan bukanlah kemenangan, melainkan puing-puing.

Tanahnya koyak, kotanya hangus, rakyatnya tercerai-berai. Negara itu nyaris tak memiliki apa pun kecuali semangat bertahan.

Ia lebih miskin dari banyak negara di Afrika. Produk domestik brutonya hampir nihil. Jalan-jalan rusak, industri belum terbangun, dan sebagian besar penduduk hidup dari bantuan luar negeri.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Kuputari Kakbah

Dalam lanskap seperti itu, tak banyak bangsa yang masih menyimpan harapan.

Namun di bawah reruntuhan dan abu, sebuah benih kecil ditanam: mimpi akan negeri yang bangkit. Tegak bukan hanya dari perang, tetapi dari masa lalu yang berat menuju masa depan yang bermartabat.

Itu bukan mimpi dalam bentuk puisi, tapi visi dalam bentuk rencana.

Baca Juga: Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual Universal, Realitas Itu Bersifat Spiritual

Presiden Park Chung Hee, yang lahir dari latar militer dan pengalaman krisis, meletakkan fondasi pembangunan lewat Rencana Lima Tahun.

Tapi ia tak sekadar memerintah; ia merancang masa depan seperti seorang arsitek membayangkan kota dari kertas kosong.

Yang ia lihat bukan tanah yang tandus, melainkan negeri yang mungkin berdiri megah suatu hari nanti.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyerukan Kebenaran dan Keadilan

-000-

Halaman:

Berita Terkait