Catatan Denny JA: Indonesia Belajar Dari Korea Selatan, Dari Puing-puing Perang Menuju Cahaya Peradaban
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 09 April 2025 06:42 WIB

Korea Selatan pun memilih jalan yang jarang ditempuh: industrialisasi agresif, ekspor sebagai nadi ekonomi, dan pendidikan sebagai napas kolektif.
Mereka tahu, tak ada jalan pintas dari kehancuran menuju kemajuan. Tapi mereka juga tahu: stagnasi adalah pilihan yang lebih pahit.
Yang menarik dari perjalanan Korea Selatan bukan hanya keberhasilannya mengubah angka-angka ekonomi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Kuputari Kakbah
Tapi bagaimana mereka membangun peradaban baru yang menyatu antara etos kerja Timur, teknologi Barat, dan semangat kolektif yang tak mudah patah.
Mereka pernah nyaris kehilangan segalanya. Tapi dari kehilangan itu, lahir kehendak yang lebih kuat dari logam.
Krisis finansial Asia pada tahun 1997 menjadi ujian besar kedua. Saat mata uang won runtuh dan korporasi besar ambruk satu per satu, bangsa ini tak memilih saling menyalahkan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual Universal, Realitas Itu Bersifat Spiritual
Mereka menyingsingkan lengan baju. Emas-emas pernikahan disumbangkan. Ribuan keluarga menyerahkan tabungan mereka kepada negara.
Sebuah pemandangan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan teori ekonomi, tapi lebih dekat pada puisi pengorbanan.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyerukan Kebenaran dan Keadilan
Hari ini, Korea Selatan berdiri sebagai kekuatan global. Tapi yang lebih penting: ia menjadi simbol bahwa masa lalu tak pernah bisa memenjarakan masa depan.